Dirut Baru Pertamina Paparkan Visi Misi di DPR

Dirut Baru Pertamina Paparkan Visi Misi di DPR

Michael Agustinus - detikFinance
Kamis, 23 Mar 2017 15:22 WIB
Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Elia Massa Manik, yang baru dilantik pada 16 Maret 2017 lalu hari ini rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI untuk pertama kalinya.

Dalam RDP ini Elia didampingi oleh Direktur Pemasaran Pertamina Iskandar, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi, Direktur Gas dan EBT Pertamina Yenni Andayani.

"Dalam menyampaikan paparan hari ini belum semua materi bisa saya kuasai, makanya saya didampingi oleh direktur. Saya sudah mendengar dan sedang mempelajari semua hasil rapat dengan Komisi VII dan saya akan meperdalam satu per satu, yang belum di-follow up akan segera saya pelajari dan rapatkan dengan kawan-kawan," kata Elia dalam RDP di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/2/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Elia mengaku sedang konsolidasi di internal dan mempelajari program-program yang dijalankan Pertamina. "Sepanjang tujuh hari ini saya sudah melakukan beberapa konsolidasi internal termasuk ketemu serikat pekerja," ujarnya.

Pada kesempatan ini, Elia menerangkan visi misi yang diembannya ke Komisi VII DPR RI. Sebagai Dirut Pertamina yang baru, Elia bertanggung jawab untuk membawa BUMN perminyakan ini menjadi World Class Energy Company pada 2025.

"Untuk itu perkenankan kami menyampaikan visi dan misi saya sebagai Dirut Pertamina yang baru. Pertamina sudah rencanakan tahun 2025 akan menjadi World Class Energy Company. Bukan cuma migas, tapi tantangannya energi terbarukan. Ini merupakan satu concern akan kita mulai," tukasnya.

Baca juga: Dirut Baru Pertamina Rapat Perdana di DPR

Saat ini Pertamina tengah menjalankan berbagai proyek besar dari hulu hingga hilir. Di antaranya adalah proyek modifikasi dan pembangunan kilang minyak baru. Total nilai proyek-proyek kilang yang harus selesai tahun 2023 ini mencapai US$ 40 miliar.

Itulah sebabnya soliditas di internal Pertamina sangat dibutuhkan. Jika pimpinan Pertamina tak kompak, pengambilan keputusan jadi sulit, program-program bisa gagal.

"Pertama kali di sejarah Pertamina kita akan melakukan investasi besar untuk kilang, dulu cuma paling besar US$ 2,5 miliar di Balongan. Kalau eksekusi ini dalam waktu 5-6 tahun ini mungkin butuh dana lebih dari US$ 40 miliar. Challenge bukan cuma finansial tapi kemampuan sumber daya manusia. Itulah kenapa soliditas ini adalah merupakan keharusan," tutupnya. (mca/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads