Padahal, semakin banyak rumah tangga yang tersentuh jargas, biaya konsumsi gas akan menurun hingga 50% dibanding menggunakan gas minyak cair (liquefied petroleum gas/LPG) karena harganya yang lebih murah.
"Kita sih mau lebih banyak lagi. Tadinya kita usulkan 200 ribu tahun ini. Tapi karena anggaran negara yang sangat terbatas, jadi baru dapat 60 ribu. Sementara dana yang ada segitu, nanti kalau ada lagi kita tambahkan," katanya saat ditemui di Gedung Migas, Jakarta, Rabu (29/3/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, ia mengaku akan mengusahakan terobosan-terobosan lain seperti mendorong daerah agar melaksanakan pembangunan jaringan gas melalui APBD nya.
"Tahun depan kita akan usulkan lagi, nanti akan kita usulkan di banggar. Kita lihat anggaran yang tersedia berapa. Kita harus nyari terobosan-terobosan juga, nanti daerah-daerah yang sudah cukup mampu, enggak perlu lagi pakai APBN. APBN mungkin bangun pipa yang di jalan, nanti yang rumah-rumah masyarakat sudah bisa sendiri. Itu masih kita kaji," tutur Wirat.
"Kita masih kejar. Realisasi 2017 memang masih jauh dari harapan ya. Karena keterbatasan anggaran. Ke depan kita kebut, makanya FEED (Front End Engeneering Design) kita siapkan dulu aja," pungkasnya. (dna/dna)











































