Beroperasi sejak 2006 atau 11 tahun lalu, PLTGU Cilegon dikelola oleh anak usaha PLN, yaitu Indonesia Power. Pembangkit ini terdiri dari 2 unit gas turbin dan 1 unit steam turbin.
Masing-masing gas turbin memproduksi listrik sebesar 240 MW. Lalu sisanya berasal dari steam turbin. Panas yang dihasilkan gas turbin digunakan untuk memanaskan air dan menghasilkan uap, uap itu untuk menghidupkan steam turbin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Masing-masing gas turbin 240 MW. Steam turbin satu lagi, ekses 500 derajat dipanaskan untuk air menghasilkan uap, bisa dapat 260 MW," kata General Manager Unit Jasa Pembangkitan (UJP) Cilegon, Zuhdi Rahmanto, saat ditemui di PLTGU Cilegon, Kamis (6/4/2017).
PLTGU Cilegon setiap hari membutuhkan gas sebanyak 110 BBTUD. Pasokan gas berasal dari dua sumber, pertama dari CNOOC SES Ltd dan kedua dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Dari Blok South East Sumatera diperoleh gas 80 BBTUD dan Lapangan Pagar Dewa 30 BBTUD.
"Kami dapat pasokan dari 2 sumber. Pertama dari CNOOC sebesar 80 BBTUD dan satu lagi dari PGN sebesar 30 BBTUD. Dari CNOOC sejak 2006 dan PGN sejak 2010," ungkap Zuhdi.
![]() |
Harga gas sampai di pembangkit sebesar US$ 6,7/MMBtu. Berkat gas yang cukup murah ini, biaya produksi listrik juga rendah. Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik dari PLTGU Cilegon hanya Rp 750/kWh, di bawah rata-rata nasional yang mencapai Rp 983/kWh sebelum ditambah biaya penyaluran.
Dari PLTGU Cilegon, listrik dialirkan ke sistem kelistrikan Jawa-Bali lewat jaringan transmisi 150 kV, sehingga bisa dinikmati industri-industri maupun rumah tangga di Banten dan sekitarnya.
"Pasokan gas yang stabil sangat membantu kontinuitas kami. Listrik yang kami hasilkan sekitar 660-665 MW, disalurkan melalui jaringan transmisi 150 kV yang terhubung ke sistem kelistrikan Jawa-Bali. Listrik yang kami hasilkan dinikmati terutama oleh pelanggan di sekitar Banten, kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan industri," tutupnya.
![]() |