detikFinance berkesempatan mengunjungi proyek tersebut bersama dengan rombongan PLN. Di sana, lahan seluas sekitar 141,5 hektar (ha) digunakan untuk membangun proyek tersebut.
Direktur Regional Jawa Bagian Tengah PT PLN (Persero), Nasri Sebayang, mengatakan proyek PLTA ini bakal meningkatkan rasio elektrifikasi di Jawa. Bahkan akan meningkatkan rasio pembangunan pembangkit listrik dari energi baru terbarukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sejumlah pekerja dan alat berat terlihat sibuk melakukan berbagai aktivitas di proyek pembangkit listrik ini. Salah satu contohnya adalah penggalian terowongan untuk saluran air.
Mesin berat seperti Roadhaeder diturunkan untuk menggali terowongan yang berdiameter 6,5 meter tersebut. Penggalian terowongan untuk saluran air maupun jalan akses dengan total panjang sekitar 4 km.
![]() |
Selain mengerjakan penggalian terowongan, para pekerja juga sibuk melakukan pembangunan powerhouse yang berfungsi untuk menyimpan mesin turbin, terowongan bawah tanah, hingga pengurugkan tanah dan berbagai pengerjaan lainnya.
Hingga saat ini, progres pengerjaan dari proyek pembangkit listrik tersebut telah mencapai 19,04%. Proyek dimulai penandatanganan kontraknya sejak 19 Desember 2014 lalu.
Dari 19,04% tersebut, berbagai pengerjaan tengah dilakukan, seperti penggalian terowongan untuk saluran air mau pun jalan akses, pembangunan powerhouse untuk penyimpanan turbin, serta berbagai pembangunan lainnya.
Nasri mengatakan, pembangunan PLTA ditargetkan rampung pada tahun, sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
"Banyak persoalan terkait dengan batuan terkait pondasi karena struktur batuan jelek, empuk tapi kita yakin PLTA dapat selesai sesuai jadwal 2019," ungkap Nasri.
Nasri mengatakan, keberadaan PLTA ini nantinya dimanfaatkan untuk meningkatkan keandalan sistem listrik di sub-sistem Bandung Selatan dan sub-sistem Mandirancan.
Selain itu, PLTA Jatigede juga dibangun untuk mengurangi beban SUTT 150 kV Sunyaragi-Rancaekek, meningkatkan green energy mix di sistem Jawa-Bali, menurunkan biaya pokok produksi keseluruhan karena penggunaan energi air, dan estimasi BEP (Break Event Point) adalah 5 - 6 tahun.
"Sekarang dunia industri bisnis dan masyarakat sudah paham untuk memanfaatkan listrik sebaik-baiknya. Dan kita membuat pembangkit-pembangkit ini untuk menyiapkan atau mengantisipasi pertumbuhan-pertumbuhan ekonomi yang akan datang," terang Nasri.
"Sekarang pertumbuhan ekonomi kan 5,02%, dan pertumbuhan ekonomi ini dikaitkan dengan pertumbuhan listrik, maka akan dibutuhkan pertumbuhan listrik sebesar lebih dari 7%. Karena listrik dibutuhkan sebagai pendorong ekonomi kita," tukasnya.
(wdl/wdl)