Namun kenaikan beban usaha tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan kenaikan volume penjualan sebesar 6,49% dari 202,8 Terra Watt hour (TWh) menjadi 216 TWh. Hal itu membuat penjualan tenaga listrik PLN selama 2016 naik 2,05% dari Rp 209,8 triliun menjadi Rp 214,1 triliun.
Menurut Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I, Made Suprateka, hal itu dikarenakan PLN berhasil melakukan efisiensi sepanjang 2016. Efisiensi terbesar dari substitusi penggunaan BBM dengan batu bara atau energi primer lainnya yang lebih murah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut catatannya, penggunaan BBM untuk tenaga listrik pada 2016 sebesar Rp 22,8 triliun. Angka itu turun 35,03% atau sebesar Rp 12,3 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 35 triliun. Adapun total volume pemakaian BBM sepanjang 2016 sebesar 4,7 juta kilo liter (KL).
"Jadi kita langsung menggunakan PLTU yang harga pokok produksinya lebih murah dibanding diesel," imbuhnya.
Menurut Suprateka, harga pokok produksi (HPP) untuk pembangkit listrik yang menggunakan BBM sekitar Rp 1.300/kWh. Sedangkan HPP untuk PLTU hanya sekitar Rp 900/kWh.
"Itu saja sudah menghemat Rp 400an. itu terjadi efisiensi," pungkasnya. (wdl/wdl)











































