Genjot Produksi, Pertamina Andalkan Blok Migas di Luar Negeri

Genjot Produksi, Pertamina Andalkan Blok Migas di Luar Negeri

Hans Henricus BS Aron - detikFinance
Minggu, 09 Apr 2017 17:53 WIB
Foto: Danang Sugianto/detikFinance
Jakarta - PT Pertamina (Persero) gencar akusisi aset minyak dan gas bumi (migas) di dalam dan di luar Negeri. Ini bertujuan untuk merealisasikan target produksi 1,9 juta barel oil equivalen per day (BOEPD) pada 2025.

Khusus untuk akuisisi aset dari luar negeri (Overseas) diharapkan mampu menyumbang 33% target produksi tersebut.

Dari tiga blok yang telah berproduksi, yaitu Aljazair, Irak dan Malaysia, Pertamina kini memiliki tambahan dua blok yang sudah berproduksi di Nigeria dan Gabon. Sedang tujuh blok yang dalam tahap eksplorasi antara lain Namibia, Tanzania, Myanmar, Perancis, Italia, Kolombia dan Canada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi sekarang kita bersyukur Pertamina ada di 12 negara," tegas Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Syamsu Alam dalam siaran pers, Minggu (9/4/2017).

Syamsu juga menyatakan Pertamina akan melakukan strategi untuk mengelola blok-blok terminasi. Pertamina sedang menyiapkan pengelolaan delapan blok terminasi tahun 2018 yang telah diserahkan pemerintah kepada Pertamina, termasuk di dalamnya Sanga Sanga dan OSES.

Di domestik Pertamina juga mengoptimalisasikan asset-aset yang dimiliki dengan berbagai proyek,seperti PHE WMO Integration Project, Proyek Pengeboran Parang Nunukan, Proyek Pengeboran Randugunting, Optimalisasi EOR di sumur sumur tua dan lainya. Optimalisasi aset ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi migas agar target perusahaan di sektor hulu tercapai.

Indonesia pada tahun 2050 akan menjadi negara dengan perekonomian keempat setelah China, Amerika, dan India, dengan GDP US$ 15,432 miliar. Dengan pertumbuahn ekonomi semacam itu, tentu Indonesia membutuhkan dukungan energi secara maksimal. Secara nasional sesungguhnya kebutuhan energi nasional jauh lebih dari cukup. Pada 2015 produksi energi nasional 354 ton equivalen minyak, yang terdiri 271 ton batubara dan selebihnya sebanyak 113 ton minyak, gas dan energi terbarukan.

Sementara konsumsi energi sebesar 195 ton, sebenarnya energi nasional itu mengalami surplus. Hanya yang menjadi dilema, konsumsi energi sebesar itu, dalam kenyataanya dipenuhi 113 ton (60) dari Migas dan Energi terbarukan. Kondisi demikian jika tidak diantisipasi, Indonesia mengalami defisit migas.

Di tengah tingginya konsumsi, justru produksi migas Indonesia terus merosot, seiring makin menipisnya cadangan yang dimiliki. Sekalipun Indonesia memiliki 60 cekungan, cadangan minyak Indonesia itu di urutan 26 dunia, sekitar 4 miliar barel. Hal yang sama dengan cadangan gas Indonesia di urutan ke 14 dengan cadangan 100 TCF.

Langkah Pertamina mengelola blok Migas di luar negeri sesunggunya untuk memperkuat cadangan dan produksi nasional. Karena produksi Migas di Overseas itu hasilnya akan dibawa pulang untuk diolah di kilang-kilang yag ada di Indonesia untuk memenuhi konsumsi BBM domestik. (mkj/mkj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads