Kondisinya saat ini, masih ada lebih dari 12.000 desa yang belum terelektrifikasi dengan baik, 2.500 desa di antaranya bahkan belum berlistrik sama sekali.
![]() |
Salah satu desa yang belum berlistrik itu adalah Desa Oi Panihi di Pulau Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kementerian ESDM pun turun tangan agar warga Desa Oi Panihi bisa menikmati listrik.
Pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) senilai Rp 6,4 miliar dengan kapasitas 100 Kilowatt (KW) dibangun oleh Kementerian ESDM untuk mengalirkan listrik ke 150 rumah di Desa Oi Panihi. Dananya dari APBN 2016. Pembangunan PLTMH memakan waktu kurang lebih setahun, mulai beroperasi sejak 13 Januari 2017.
![]() |
Sekarang Desa Oi Panihi sudah tidak lagi gelap gulita di malam hari. Lampu-lampu sudah menyala hampir di setiap rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Jalanan menuju ke sana berbukit-bukit, sudah diaspal, tetapi beberapa bagian sudah rusak, berlubang-lubang. Banyak jalan amblas, beberapa jembatan putus. Tanah di sekitar Gunung Tambora memang mudah amblas saat musim hujan karena sebagian besar strukturnya pasir.
Ketika musim hujan dan air sungai naik, beberapa bagian jalan akan terputus karena terendam air. Saat detikFinance mengikuti rombongan Kementerian ESDM ke sana, kebetulan sungai sedang tidak terlalu tinggi sehingga masih dapat dilewati mobil minibus. Tapi beberapa hari sebelumnya, sebuah mobil Toyota Avanza kandas karena terendam air ketika berusaha melalui jalan yang sama.
![]() |
Hanya ada sekitar 150 rumah di Desa Oi Panihi. Pembangkit listrik terletak sekitar 1 kilometer (km) dari pemukiman penduduk. Air sungai dari Gunung Tambora didorong untuk menghidupkan generator.
Listrik yang dihasilkan lalu dialirkan ke jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 7 km. Lalu disambung lagi ke rumah-rumah penduduk melalui jaringan rendah sepanjang 12 km.
![]() |
Tak hanya membangun pembangkit dan jaringan listrik saja, Kementerian ESDM juga menggratiskan biaya sambungan listrik ke tiap rumah.
PLTMH biaya pengoperasian dan pemeliharaannya tergolong murah, sistemnya sederhana tapi tangguh, itulah sebabnya pemerintah melistriki Desa Oi Panihi dengan memanfaatkan air sungai, bukan pakai pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).
![]() |
Dengan menggunakan potensi energi lokal, biaya produksi listrik jadi efisien. Kalau menggunakan PLTD yang berbahan bakar solar, pasti boros sekali. Solarnya harus dikirim dari tempat yang jauh, distribusinya sampai ke pedalaman susah, biayanya pun mahal. Tak ramah lingkungan pula.
Kementerian ESDM telah melatih beberapa penduduk Desa Oi Panihi untuk mengoperasikan dan melakukan perawatan terhadap PLTMH. Selanjutnya, masyarakat akan mengelola pembangkit secara mandiri.
Warga Desa Oi Panihi, Sahruddin, menuturkan bahwa sebelum adanya PLTMH, hanya beberapa rumah di desa saja yang terang benderang di malam hari.
![]() |
Ada sebagian kecil yang menggunakan genset, ada juga yang pernah mendapat bantuan panel surya dari pemerintah pada 2008. Kalau memakai genset, untuk menyalakan 4-5 lampu selama 6 jam dari pukul 18.00 WITA sampai 24.00 WITA saja butuh 5 liter solar.
Harga solar di daerah ini Rp 10.000 per liter. Jadi pemilik genset harus mengeluarkan Rp 50.000 per hari atau Rp 1,5 juta per bulan untuk listrik. Jelas jauh lebih mahal dibanding listrik dari PLTMH.
"Kalau genset, pakai solar 4-5 liter dari Maghrib sampai jam 12 malam. Seliter Rp 10.000," tuturnya saat ditemui di Desa Oi Panihi, Bima, Sabtu (29/4/2017).
![]() |
Karena itu, warga desa sangat bersyukur dengan adanya PLTMH ini. "Ini luar biasa sekali, bermanfaat buat masyarakat," tukasnya.
Wakil Bupati Bima, Dahlan M Noer, menyambut gembira inisiatif pemerintah pusat ini. Ia mengatakan, listrik akan membawa kemajuan bagi masyarakat. Kegiatan-kegiatan masyarakat bisa berjalan lebih baik, ekonomi juga berkembang, tingkat kesejahteraan pun dapat meningkat.
"Dengan adanya aliran listrik, kegiatan masyarakat dapat berjalan lebih baik. Kalau sudah ada listrik, sekolah, pariwisata bisa berkembang," tutupnya. (mca/dna)