Pre-FEED adalah dasar dari Front End Engineering Design (FEED) yang bakal menjadi Plan of Development (POD), alias rencana pengembangan jika disetujui pemerintah.
POD Masela harus direvisi akibat perubahan skema pengembangan dari offshore menjadi onshore. Kalau revisi POD tak segera selesai, pengembangan tak bisa dimulai, produksi gas dari Masela pasti molor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arcandra menyatakan, pemerintah akan bersikap tegas jika Inpex tidak berupaya mempercepat proyek Masela.
"Maunya bagaimana? Dibiarkan saja? Sudah saatnya pemerintah harus tegas," kata Arcandra saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (3/5/2017).
Arcandra menuturkan, Inpex enggan melakukan Pre-FEED karena belum ada kejelasan soal pulau lokasi kilang LNG dan kapasitas produksi gas Blok Masela. Bagi Inpex, Pre-FEED tak bisa jalan kalau lokasi kilang dan kapasitas produksi belum diputuskan. Rancangan harus dibuat berdasarkan lokasi dan kapasitas produksi yang jelas.
Namun pemerintah punya pendapat sebaliknya. Menurut Arcandra, Pre-FEED harus mengkaji semua opsi yang ada untuk kemudian memilih lokasi kilang, kapasitas produksi, dan melanjutkan pilihan tersebut ke rancangan yang lebih rinci, yaitu Front End Engineering Design (FEED).
Saat ini ada 2 opsi lokasi kilang LNG dan 2 opsi kapasitas produksi. Kilang LNG bisa dibangun di 'Pulau A' yang jaraknya hanya sekitar 100 kilometer (km) dari Blok Masela, tapi ada palung di tengahnya sehingga mempersulit pembangunan pipa gas, atau 'Pulau B' yang berjarak 600 km dari Blok Masela tapi relatif lebih mudah jalurnya untuk pipa dari Masela ke pulau tersebut.
Ada 2 opsi juga untuk kapasitas produksi gas. Yang pertama adalah gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) sebanyak 7,5 Million Ton Per Annual (MTPA) ditambah gas pipa untuk industri petrokimia sebanyak 474 MMSCFD. Opsi kedua, LNG 9,5 MTPA ditambah gas pipa 150 MMSCFD.
Pulau mana yang lebih layak untuk kilang LNG, jalur mana yang memungkinkan untuk dilalui pipa gas, kapasitas produksi mana yang lebih masuk akal, apakah ada pembelinya jika gas diproduksi sekian, itu semua harus diuji melalui Pre-FEED yang memakan waktu kira-kira 6 bulan.
"Kalau ke Pulau A, ada palung. Dulu argumen dia, pipa enggak bisa lewat palung. Yang Pulau B enggak ada palung, memang lebih jauh, tapi lebih simple. Misalnya mau bangun kilangnya di pulau A, itu harus diuji lewat Pre-FEED. Pipanya bisa lewat atau enggak, teknologinya, ada fasilitas penunjang atau enggak. Apakah yang 7,5 MTPA yang kita jadikan LNG, yang gas untuk petrokimia sekian, siapa buyernya, Kalau enggak ketemu pembelinya selama 6 bulan ini, kita pakai yang 150 MMSCFD," papar Arcandra.
Dengan pengujian melalui Pre-FEED, rancangan yang nantinya dijadikan FEED dan disetujui pemerintah menjadi Plan of Development (PoD) punya dasar kuat, ada data-data dan argumen yang obyektif, bukan pilihan yang diambil karena alasan-alasan non teknis.
Lagipula, sambungnya, biaya yang dibutuhkan untuk Pre-FEED tak mahal, tak akan terlalu membebani sekalipun harus dibuat 4 Pre-FEED untuk semua menguji semua opsi.
"Pre-FEED itu menguji semua kemungkinan yang ada, murah kok. Semua opsi diuji saja, biar hasilnya kredibel, kalau kita pilih Pulau A atau Pulau B ada datanya. Harus ada basisnya. Enam bulan bisa selesai," tutupnya.
Sebelumnya, Jonan juga memberi peringatan untuk Inpex usai menghadiri Forum Gas Bumi Nasional di Hotel Borobudur. Jonan meminta Pre-FEED Blok Masela segera dilaksanakan. "Kalau belum Pre-FEED terus saya batalin saja Inpexnya, kelamaan," kata Jonan pagi tadi.
Jika Pre-FEED sudah jadi, dilanjutkan dengan FEED, disetujui pemerintah menjadi POD, barulah tahapan-tahapan selanjutnya menuju produksi gas seperti Final Investment Decision (FID), sampai Engineering Procurement and Construction (EPC) bisa dimulai. (mca/wdl)