Perusahaan Migas China Unggul di Tender Kilang Bontang

Perusahaan Migas China Unggul di Tender Kilang Bontang

Michael Agustinus - detikFinance
Senin, 15 Mei 2017 15:34 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - China Petroleum & Chemical Corporation alias Sinopec sementara unggul dalam tender untuk pemilihan mitra strategis PT Pertamina (Persero) dalam pembangunan Grass Root Refinery (GRR) Bontang. Saingan terkuat Sinopec adalah perusahaan migas asal Kuwait.

"Yang paling comply dan kompetitif Sinopec, dan satu lagi dari Kuwait," kata Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (15/5/2017).

Di GRR Bontang, Pertamina hanya akan menjadi pemilik saham minoritas. Mitra strategis yang terpilih melalui tender yang bakal memegang kepemilikan mayoritas. "Kalau bisa dia mengambil porsinya mayoritas, Pertamina kecil saja," ujar Arcandra.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertamina sudah menjadi pemilik mayoritas di GRR Tuban, RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, RDMP Dumai, dan RDMP Balongan. Semua proyek kilang itu sudah butuh modal investasi sangat besar.

Agar kemampuan keuangan Pertamina tak terganggu, sebagian besar saham GRR Bontang dimiliki ke mitra strategis. "Jangan sampai keuangan Pertamina terganggu," cetusnya.

Sebagai informasi, Pertamina telah mencari mitra strategis untuk sejak 2 bulan lalu. Ketika Project Expose (penawaran proyek) pada 28 Februari 2017, sudah ada lebih dari 50 perusahaan yang menyatakan minat untuk menjadi calon mitra.

Terdapat empat karakteristik utama calon mitra yang dikehendaki Pertamina, yaitu memiliki rekam jejak yang kuat pada industri pengolahan minyak utamanya keandalan operasional dan eksekusi proyek, dapat menyesuaikan dengan struktur dan model bisnis yang dikehendaki Pertamina, memiliki keinginan kuat untuk percepatan proyek dan menyelesaikannya pada 2023, dan memberikan nilai menarik bagi proyek GRR Bontang.

Pertamina sebenarnya menargetkan untuk memperoleh mitra strategis tersebut pada 28 April 2017. Tapi ternyata sampai sekarang seleksi belum usai.

Segera setelah mitra strategis terpilih, Pertamina bersama mitra strategis akan memulai proses Bankable Feasibility Study (BFS) yang ditargetkan selesai pada awal tahun 2018 sekaligus menuntaskan pembentukan konsorsium dan akan ditetapkan Preliminary-Investment Decision 1 yang menggambarkan perkiraan awal investasi proyek GRR Bontang.

GRR Bontang ditargetkan mampu mengolah minyak mentah sekitar 300 ribu barel per hari (bph). Pelaksanaan pembangunan kilang baru di Bontang ini merupakan tindak lanjut dari Keputusan Menteri ESDM No. 7935 K/10/MEM/2016 tanggal 9 Desember 2016 yang menugaskan Pertamina untuk membangun dan mengoperasikan kilang minyak di Bontang, Kalimantan Timur.

GRR Bontang diharapkan bisa mendukung Nawacita Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan kemandirian energi dengan mengurangi impor BBM. Pada tahap awal, Pertamina akan masuk dengan minimal kepemilikan sekitar 5% hingga 25% dan selanjutnya mempunyai hak atau pilihan untuk meningkatkan kepemilikan dalam periode yang akan disepakati kemudian.

Mitra strategis diharapkan berperan dalam pengadaan crude atau minyak mentah dan menyiapkan pendanaan. Mitra juga memiliki kemampuan dalam memasarkan produk yang tidak terserap di pasar dalam negeri ke pasar luar negeri, seperti Australia, Papua Nugini, Selandia Baru, dan Filipina.

Sebagai BUMN, Pertamina berharap agar kemitraan yang nantinya terbentuk, dalam pengambilan keputusan tetap memperhatikan aspek GCG yang kuat. Selain itu juga mengedepankan Indonesia content, sambil tetap menjaga kelangsungan usaha.

Sampai saat ini Pertamina sudah mempunyai pengalaman positif dalam bermitra dengan mitra-mitra Internasional. SK Energy, Korea Selatan bermitra dengan Pertamina untuk proyek Lube Base Grup III (pelumas sintetis) sejak 2007 di kilang RU II Dumai, Rosneft Oil Company untuk GRR Tuban dan Saudi Aramco untuk RDMP (Refinery Development Master Plan) Cilacap. (mca/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads