Cerita Sukses Panigoro Bersaudara Caplok Stanvac Hingga Newmont

Cerita Sukses Panigoro Bersaudara Caplok Stanvac Hingga Newmont

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Selasa, 06 Jun 2017 16:54 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - President Director of Medco Group, Hilmi Panigoro, berbagi kisah suksesnya membangun perusahaan energi dalam kuliah tamu di Gedung Pascasarjana FEB UI, Depok. Medco yang kini bergerak di tiga pilar seperti migas, pertambangan, dan pembangkit listrik.

Hilmi berkisah tentang perjuangan awal sang kakak, Arifin Panigoro, menjadi installator listrik dari rumah ke rumah. Saat itu, tujuan sang kakak bekerja untuk menambah uang saku saat duduk di bangku kuliah.

"Founder Arifin Panigoro dia (anak) nomor satu, saya (anak) nomor lima. Mulai usaha di tingkat akhir elektro ITB sebagai installator listrik dari rumah ke rumah," ujar Hilmi dalam Kuliah Tamu dengan topik Expansion Strategy in the midst of Environmet Uncertaintly di Gedung Pascasarjana FEB UI, Depok, Selasa (6/6/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Singkat cerita, di 1980 Arifin Panigoro mendirikan Medco yang awalnya bergerak di migas. Di 1992, Medco mulai mencaplok atau mengakuisi Tesoro yang berbasis di Kalimantan Timur. Selanjutnya perusahaan berhasil melakukan penawaran umum perdana pada tahun 1994 di Bursa Efek Jakarta untuk menambah struktur permodalan.

Langkah akuisisi pun dilakukan lagi dengan mengakuisisi 100% saham PT Stanvac Indonesia dari Exxon dan Mobil Oil pada tahun 1995.

"Waktu itu bayar US$ 88 juta di tahun 1995 semua analis bilang kemahalan. Sekali lagi kita lihatnya lain, waktu itu ada 500 engineer yang dilatih Exxon and Mobile best people mengembangkan bisnis migas ke depan akuisisi human capital," kata Hilmi.

Dekade berganti, di sekitar 2004 Medco memperluas kegiatan hulu minyak dan gas perusahaan dengan mengakuisisi 100% saham milik perusahaan minyak dan gas Australia yang telah beroperasi di Amerika Serikat, Timur Tengah dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia yakni Novus Petroleum Ltd.

Hingga kini, Medco masuk ke bisnis pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT), salah satunya menggarap sumur panas bumi terbesar di dunia, yang potensi listriknya mencapai lebih dari 1.000 megawatt (MW). Lokasinya di Sarulla, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Saat ini, listrik panas bumi yang dihasilkan baru 110 MW. Sebelum lebaran tahun depan, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla sudah bisa menghasilkan listrik 330 MW, lewat tiga unit PLTP.

"Tahun ini masuk secara serius di power hidro dan geothermal. Dua bulan lalu 110 MW pertama di Sumatera Utara. Unit 2 110 MW September tahun ini dan unit ketiga sebelum Lebaran tahun depan. 2018 330 MW satu lokasi," jelas Hilmi.

Tahun lalu, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mengakuisisi saham PT Amman Mineral Internasional (AMI) yang mengendalikan 82,2% saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT), perusahaan tambang emas besar yang lokasinya di Nusa Tenggara Barat (NTB). Nilai akuisisi US$ 2,6 miliar (Rp 33,8 triliun).

AMI sebelumnya membeli saham NNT dari Newmont Mining Corporation dan Sumitomo Corporation. Akuisisi yang dilakukan Medco tidak terlepas dari keinginan Hilmi mejadi tuan rumah di negeri sendiri.

"Newmont sekarang jadi Amman. Ada 4.000 orang karyawan tambang yang dilatih Newmont Amerika. Saya harap bisa menjadi sumber pengembangan tambang Medco di masa yang akan datang," tutur Hilmi. (mca/mca)

Hide Ads