Permintaan tersebut disampaikan secara langsung oleh Menteri Energi Arab Saudi dan Menteri Energi UEA kepada Menteri ESDM Ignasius Jonan baru-baru ini.
Gayung pun bersambut, pemerintah Indonesia secara resmi telah mengirimkan surat ke Sekretariat OPEC pada 24 Mei 2017 untuk mengaktifkan kembali keanggotaan di organisasi negara-negara eksportir minyak tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wacana aktivasi keanggotaan Indonesia di OPEC ini hampir bersamaan dengan ketegangan diplomatik antara Arab Saudi dan para sekutunya dengan Qatar. Saudi dan UEA beserta 5 negara lain telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Meski demikian, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Komunikasi, Hadi Djuraid, menyatakan bahwa tak ada kaitan antara kisruh Arab Saudi Cs dan Qatar dengan aktivasi keanggotaan Indonesia. Permintaan disampaikan Saudi dan UEA sebelum ada krisis diplomatik dengan Qatar.
"Permintaan itu kan sudah ada sebelum masalah ini (Arab Saudi-Qatar), sebelum situasi terakhir," kata Hadi kepada detikFinance, Rabu (7/6/2017).
Kedua negara Arab tersebut, Hadi menambahkan, ingin Indonesia berperan sebagai penyeimbang alias penengah di antara berbagai kepentingan dalam OPEC.
Dengan adanya Indonesia, diharapkan berbagai kepentingan dapat dipertemukan, ada penengah yang mendorong kompromi, sehingga tercapai kesepakatan-kesepakatan penting.
Walaupun bukan lagi produsen minyak yang besar, Indonesia dihormati oleh berbagai pihak dan dipandang sebagai negara besar yang punya pengaruh. Cocok menjadi penyeimbang.
"Arab Saudi dan UEA meminta Indonesia aktif lagi. Peran Indonesia strategis untuk penyeimbang, walaupun produksi minyak kita sedikit. Itu pertimbangannya," ujar Hadi.
Bagi Indonesia, aktivasi keanggotaan di OPEC juga bermanfaat. Ada akses lebih luas untuk mendapatkan minyak murah. Perusahaan-perusahaan migas nasional juga bisa didorong ekspansi ke negara-negara OPEC lewat diplomasi di organisasi ini.
Tetapi dalam suratnya, Indonesia menyatakan akan aktif kembali dengan syarat tidak harus mengikuti pemangkasan produksi minyak OPEC.
"Tanggal 24 Mei kemarin kita sudah kirim surat. Pak Jonan menyatakan kita siap, tapi dengan syarat kita tidak mau terikat pengurangan produksi minyak," pungkasnya. (mca/ang)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 