Menggunakan Kapal Triputra, kargo LNG sebesar 22.500 m3 dikirimkan ke terminal regasifikasi di Tanjung Benoa, Bali, sebagai bagian dari kontrak jangka panjang yang telah ditandatangani dengan PT Pertamina (Persero). Hadir pada pengiriman pertama kargo tersebut Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Sukandar, Managing Director Eni Indonesia Fabrizio Trilli, Presiden Direktur dan CEO Badak LNG Salis S. Aprilian, dan Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni.
Menurut Sukandar, sebagian besar pasokan gas WK Muara Bakau ditujukan dan diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan pabrik pupuk dan kebutuhan LNG dalam Negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menambahkan, pengiriman kargo pertama ini juga sebagai bagian pemenuhan kebutuhan kelistrikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan kebijakan dari Pemerintah Indonesia untuk terus menambah ketersediaan pasokan kelistrikan bagi masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia Timur.
Pada kesempatan yang sama, Trilli mengatakan lifting pertama kargo LNG ini merupakan salah satu pencapaian kunci bagi Proyek Pengembangan Lapangan Jangkrik. Ini adalah salah satu proyek gas laut dalam pertama di Indonesia yang dikembangkan dengan skema percepatan dan mengkonfirmasi komitmen Eni dalam mensupplai gas untuk pengembangan pasar domestik Indonesia.
"Saya sangat bangga melihat hubungan yang kuat dan produktif dengan pemerintah Republik Indonesia, Pertamina dan mitra kerja Joint Venture kami di Proyek Jangkrik," katanya.
Sementara itu, Salis menjelaskan, PT Badak NGL menerima pasokan gas dari lapangan Jangkrik sejak 29 Mei 2017. Hingga 22 Juni 2017, gas lapangan Jangkrik yang telah diolah menjadi LNG sebesar 2.400 juta standar kaki kubik. "Dengan adanya pasokan gas baru ini, Badak LNG akan semakin berkelanjutan sebagai kilang pengolahan LNG," katanya.
Sebagai informasi, Proyek Pengembangan Lapangan Jangkrik ini terdiri dari lapangan gas Jangkrik dan Jangkrik North East yang berlokasi di wilayah kerja Muara Bakau, di laut dalam Selat Makassar. Produksi Jangkrik dari sepuluh sumur bawah laut terhubung dengan Floating Production Unit (FPU) Jangkrik. Saat ini, produksinya sekitar 200 MMSCFD, yang secara bertahap meningkat mencapai produksi sebesar 450 MMSCFD atau setara dengan 83.000 barel setara minyak per hari.
Gas tersebut, setelah diproses di FPU, mengalir melalui pipa gas khusus sepanjang 79 km menuju Fasilitas Penerima Darat (Onshore Receiving Facility), kemudian menuju ke Sistem Transportasi Gas Kalimantan Timur (East Kalimantan Transportation System) sebelum akhirnya menuju ke kilang LNG Bontang. (mca/wdl)