Bahkan, Jonan meminta PLN berupaya menurunkan tarif listrik tiap 3 bulan sekali. Penurunan tarif listrik akan sangat bermanfaat untuk masyarakat. Untuk pelanggan industri misalnya, biaya listrik yang lebih efisien tentu meningkatkan daya saing.
Jonan ingin rata-rata tarif listrik industri yang sekarang Rp 1.100/kWh bisa turun menjadi Rp 800-900/kWh dalam 3 tahun. Demikian juga tarif listrik rumah tangga, Jonan berharap PLN bisa menurunkannya perlahan-lahan dalam 2 tahun ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam bauran energi PLN sekarang, porsi bahan bakar minyak (BBM) sekitar 7%. Diharapkan ke depan bisa lebih rendah lagi agar biaya pokok penyediaan (BPP) listrik makin efisien. Kalau BPP lebih rendah, tarif listrik untuk masyarakat bisa turun.
"Ke depan, keseimbangan energi primernya harus makin bagus. Misalnya tenaga air, batu bara, gas makin banyak kan bisa turun. Diesel-nya dikurangi," kata Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Andy N Sommeng, kepada detikFinance, Selasa (11/7/2017).
Untuk kebutuhan-kebutuhan mendesak, Andy menyarankan PLN membangun pembangkit gas yang bisa diselesaikan dalam waktu 1-2 tahun saja daripada membangun pembangkit diesel.
"Kalau untuk yang kebutuhan dalam waktu cepat, pakai gas," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Perencanaan Korporat PLN, Nicke Widyawati, mengungkapkan bahwa pihaknya terus berupaya memperbaiki bauran energi untuk kelistrikan. Penggunaan solar yang masih sekitar 7% akan dipangkas hingga tinggal 4% pada akhir tahun ini.
"Tahun ini targetnya turun jadi 4%, kita ganti ke batu bara, gas yang lebih murah," ujar Nicke.
PLN pun berupaya menurunkan BPP listrik melalui pembuatan kontrak-kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) yang lebih adil. Selain itu, penjualan listrik ditingkatkan agar tak banyak listrik yang terbuang percuma. (mca/dna)











































