Terkait wacana ini, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan, pengembangan mobil listrik di Indonesia bukan sesuatu yang mustahil. Kini teknologi mobil listrik sudah makin maju, beberapa produsen otomotif sudah memproduksinya secara massal. Industri di Indonesia bisa mempelajarinya.
"Sebetulnya (teknologi) sudah tidak masalah, sudah banyak yang memproduksi massal mobil listrik. Accu mobil listrik makin modern dan bagus, jauh dibanding 10 tahun lalu, belakangan makin canggih, (accu) sekarang ringan tapi mampu menampung daya yang cukup besar," kata Ketua Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, kepada detikFinance, Selasa (11/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan mobil listrik enggak pakai BBM, enggak berpolusi, ini perlu mendapat perhatian khusus. Misalnya dengan pengurangan pajak," ujar Jongkie.
Jongkie menambahkan, mobil listrik bisa dijual dengan harga yang kompetitif jika mendapat pengurangan pajak. Kalau harganya menarik, pasti banyak konsumen yang berminat.
"Kalau ada pengurangan pajak, harganya bisa lebih murah. Kalau harganya mahal, orang pasti enggak mau beli," tuturnya.
Selain itu, infrastruktur pendukung, misalnya charging station untuk mobil listrik, juga perlu disiapkan. Tanpa infrastruktur yang memadai, tentu masyarakat enggan memakainya.
"Sarana dan prasarananya perlu disiapkan dulu. Sekarang misalnya saya pakai mobil listrik, nge-charge (mengisi daya baterai) di mana? Kalau parkir di kantor bisa sambil nge-charge enggak? Kalau di negara-negara Eropa, sudah banyak charging station," paparnya.
Kecukupan pasokan listrik pun perlu diperhitungkan. Mobil listrik tentu hanya bisa cocok dipakai di daerah-daerah yang suplai listriknya sudah andal. Di daerah yang masih defisit listrik sehingga ada pemadaman bergilir alias byar pet, tentu mobil listrik bakal menambah masalah.
"Listriknya juga, ada enggak? Kalau Jakarta sih bisa, tapi kan masih banyak wilayah lain yang kekurangan listrik," tutupnya. (mca/wdl)











































