Direktur Utama Pertamina, Elia Massa Manik, menjelaskan penurunan laba bersih ini merupakan dampak dari kenaikan harga minyak sebesar 30%.
Pada semester I-2016, rata-rata harga minyak mentah masih US$ 36,16/barel, sekarang sudah US$ 48,9/barel. Sementara pemerintah menetapkan tidak menaikkan harga BBM hingga akhir tahun. Hal ini membuat laba Pertamina tergerus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
EBITDA Pertamina juga turun, dari US$ 4,1 miliar pada semester I-2016 menjadi US$ 3,16 miliar di periode yang sama tahun ini. "Net income tertekan dari US$ 1,83 miliar menjadi US$ 1,4 miliar. Demikian juga EBITDA dari US$ 4,1 miliar menjadi US$ 3,16 miliar," ucap Massa.
Di sisi lain, pendapatan Pertamina tercatat US$ 20,5 miliar, tumbuh 19% dibanding semester I-2016 yang sebesar US$ 17,2 miliar. "Permintaan naik, revenue kita naik 19% ke US$ 20,5 miliar," papar Massa.
Penjualan bahan bakar minyak (BBM) pada semester I-2017 mengalami kenaikan 4% menjadi 32,6 juta kiloliter (KL). Demikian pula penjualan non-BBM berupa gas domestik, petrokimia, dan pelumas naik 6%.
"Peningkatan porsi penjualan BBM non subsidi juga berkontribusi pada kenaikan revenue Pertamina sepanjang semester pertama 2017," tutupnya. (mca/wdl)











































