Desa di Perbatasan RI-Timor Leste Ini Telah Nikmati Listrik 24 Jam

Desa di Perbatasan RI-Timor Leste Ini Telah Nikmati Listrik 24 Jam

Irwan Nugroho - detikFinance
Kamis, 17 Agu 2017 08:22 WIB
Desa di Perbatasan RI-Timor Leste Ini Telah Nikmati Listrik 24 Jam
Foto: Irwan Nugroho
Atambua - Jaringan listrik di wilayah perbatasan antara RI-Timor Leste terus dikembangkan oleh PT PLN (Persero). Di Desa Naekake, Kecamatan Muntis, Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), ini misalnya. Penduduk desa tersebut kini sudah bisa menikmati listrik selama 24 jam.

Naekake hanya terpaut kurang lebih 10 kilometer (km) dari Distrik Oekusi, Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Desa itu sekaligus menjadi desa terakhir yang berada di wilayah administratif Kecamatan Muntis.

detikFinance dan sejumlah jurnalis lainnya menyambangi desa dengan penduduk sekitar 1.581 jiwa itu bersama Direktur Human Capital Management PT PLN, Muhamad Ali, pada Rabu (16/8/2017). Kunjungan ini adalah rangkaian acara upacara HUT ke-72 RI oleh PLN di Perbatasan RI-Timor Leste di Atambua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Desa di Perbatasan RI-Timur Leste Ini Telah Nikmati Listrik 24 JamFoto: Irwan Nugroho


Diperlukan waktu sekitar tiga jam perjalanan ke arah barat laut untuk mencapai Naekake dari Kota Kefamenanu, yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten TTU. Perjalanan sangat lama karena medan yang harus dilalui berupa perbukitan karang dan rusak parah.

Rombongan awalnya menyusuri jalan yang relatif mulus. Namun, begitu masuk Desa Tasinifu, kondisi aspal mulai terlihat rusak berat. Selanjutnya, rute menuju desa Naekake di pedalaman Pulau Timor itu sebagian besar masih berwujud tanah dan bebatuan.

Desa di Perbatasan RI-Timur Leste Ini Telah Nikmati Listrik 24 JamFoto: Irwan Nugroho


Bahkan rombongan harus menyeberangi sungai besar yang bernama 'Nabesi'. Tampak sejumlah penduduk setempat yang tengah mandi, mencuci pakaian, serta mengambil air untuk minum dan memasak. Sebuah bus umum Damri jurusan Kefamenanu terhuyung-huyung melintas di sungai siang itu.

Sekitar pukul 11.30 WITA, rombongan akhirnya tiba di Naekake. Di desa tersebut, sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) telah dibangun PLN pada tahun 2015. Pembangunan jaringan listrik ini merupakan amanat Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) agar daerah-daerah perbatasan NTT-Timur Leste sebagai daerah terdepan RI diterangi listrik.

Desa di Perbatasan RI-Timur Leste Ini Telah Nikmati Listrik 24 JamFoto: Irwan Nugroho


Sejak Februari 2016, warga desa itu telah mendapatkan aliran listrik yang disuplai dari PLTD Naekake sebanyak 5 unit mesin dengan total kapasitas 414 kilowatt (KW). Sehingga mereka pun dapat menikmati listrik selama 24 jam penuh.

Supervisor Operasi PLTD Naekake, Wellem CH Thomas, mengatakan, pelanggan listrik saat ini berjumlah 472 dengan pertumbuhan 40 pelanggan per tahun. Peningkatan pelanggan masih kecil karena warga biasanya menunggu panen asam untuk memasang listrik. Asam menjadi andalan penduduk Naekake yang mayoritas petani ini.

Desa di Perbatasan RI-Timur Leste Ini Telah Nikmati Listrik 24 JamFoto: Irwan Nugroho


Sebesar 85% dari pelanggan listrik di Naekake itu merupakan pelanggan subsidi 450 VA dengan harga Rp 415/kWh. Sementara biaya pokok produksi di Naekake mencapai Rp 8.000/kWH. Adapun bahan bakar PLTD Naekake setiap bulannya membutuhkan 9 ton solar. Sedangkan beban biaya seluruh operasional PLTD mencapai Rp 150 juta.

"Tantangannya adalah sarana transportasi. Kalau musim hujan dan sungai banjir, kendaraan pengangkut BBM dari Kupang tidak bisa sampai ke sini. Tapi sekarang sudah diantisipasi dengan menyimpan cadangan tiga bulan ke depan," kata Wellem.

Sementara kendala yang dialami masyarakat adalah minimnya jaringan komunikasi yang menyebabkan mereka sulit membeli token listrik. Alhasil, warga harus menitip membeli pulsa listrik ke kota kepada sopir bus yang saban hari lewat di desa tersebut.

Desa di Perbatasan RI-Timur Leste Ini Telah Nikmati Listrik 24 JamFoto: Irwan Nugroho


Muhammad Ali menambahkan, Naekake adalah salah satu daerah terisolir di NTT yang kini telah dispulai listrik PLN. Meskipun Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik di daerah itu tinggi, namun PLN sadar listrik dapat membantu warga untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Terlebih daerah perbatasan adalah simbol kedaulatan RI.

"Kita tujuannya adalah untuk elektrifikasi. Selain itu untuk daerah terdepan apapun akan kita lakukan, karena ini benar-benar untuk kedaulatan merah putih di sini," ungkap Ali. (irw/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads