Maersk Oil merupakan anak usaha dari perusahaan Denmark, A.P Moller Maersk, yang usaha utamanya di bidang perkapalan. Maersk Oil memiliki cadangan minyak 1 miliar barel. Penjualan Maersk Oil ini sesuai dengan strategi Maersk untuk fokus di bisnis perkapalan.
Banyak perusahaan minyak kelas atas yang mengambil langkah akuissi sejak harga minyak kembali pulih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akuisisi Maersk Oil ditargetkan selesai pada kuartal I-2018. Akan ada sejumlah pekerja yang dipangkas di Britania Raya, karena ada posisi ganda. Pemangkasan ini bisa menghemat biaya US$ 200 juta per tahun.
Total lebih memilih mencari sumur minyak baru di Laut Utara, ketimbang mengembangkan sumur-sumur tua. Akuisisi ini meningkatkan skala ekonomi Total dan menjadikannya pemain terbesar kedua di Laut Utara dengan produksi migas 500 ribu barel setara minyak per hari.
"Ini saatnya kami melakukan apa yang dilakukan oleh perusahaan migas saat harga rendah dan biaya menurun. Apakah itu meluncurkan proyek baru atau melakukan akuisisi saat harga menarik," kata CEO Total, Patrick Pouyanne, dilansir dari Reuters, Selasa (22/8/2017).
Langkah Total menjadi sinyal, bahwa pemain migas besar dunia sudah bersiap untuk berinvestasi menggenjot produksi, dalam rangka antisipasi harga minyak yang saat ini naik di atas US$ 50 per barel.
Dalam pembayaran akuisisi, A.P. Moller Maersk akan dibayar dengan saham Total senilai US$ 4,95 miliar, dan sisanya Total akan menanggung utang Maersk Oil senilai US$ 2,5 miliar.
Kalangan analis menilai harga yang dibayar Total cukup pantas, yaitu sekitar US$ 13,4 per barel dari cadangan migas yang dimiliki Maersk Oil. Akuisisi ini membuat saham A.P. Moller Maersk dan Total naik. (wdl/wdl)











































