Harga Minyak Naik, Kok Laba Pertamina Turun?

Harga Minyak Naik, Kok Laba Pertamina Turun?

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 22 Agu 2017 12:19 WIB
Harga Minyak Naik, Kok Laba Pertamina Turun?
Foto: Danang Sugianto/detikFinance
Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatat laba bersih sebesar US$ 1,4 miliar pada semester pertama 2017 atau turun 24% dibandingkan semester I-2016.

Penurunan laba bersih ini merupakan dampak dari kenaikan harga minyak sebesar 30%. Sementara pemerintah menetapkan tidak ada kenaikan harga BBM hingga akhir tahun. Hal ini membuat laba Pertamina tergerus.

Di sisi lain, perusahaan-perusahaan migas raksasa di dunia meraup untung dari kenaikan harga minyak mentah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misalnya Petronas yang pada kuartal I-2017 mencetak laba 10,3 miliar ringgit dari sebelumnya 4,6 miliar ringgit di periode yang sama tahun lalu, melonjak lebih dari 100%.

Demikian juga ExxonMobil, Chevron, dan Eni yang bangkit setelah kenaikan harga minyak. Keuangan Chevron dan Eni kembali hijau setelah pada periode yang sama tahun lalu mengalami kerugian.

VP Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito, menjelaskan bahwa penyebabnya adalah posisi Pertamina yang tidak hanya produsen, tapi juga importir minyak. Setiap hari Pertamina membutuhkan sekitar 400.000 barel minyak mentah untuk diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM) dan 400.000 barel dalam bentuk BBM.

"Kita beli crude yang diimpor jadi lebih tinggi. ICP (Indonesian Crude Price) naik sekitar 33%, cukup tinggi. Beli solar dan premium juga harganya naik," ujar Adiatma saat dihubungi detikFinance, Selasa (22/8/2017).

Pada Semester I-2016, rata-rata harga minyak mentah masih US$ 36,16/barel, sekarang sudah US$ 48,9/barel. "Revenue kita memang naik, tapi harga minyak juga naik," tuturnya.

Kinerja Pertamina di hulu sebenarnya juga naik. Pada Semester I-2017, produksi migas PT Pertamina (Persero) tercatat sebesar 692.000 barel setara minyak per hari (BOEPD), mengalami kenaikan 8% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan tersebut ditunjang oleh peningkatan produksi minyak sebesar 12% menjadi 343.000 barel per hari (BOPD) dan gas tumbuh 4% menjadi 2,022 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Tapi kenaikan di hulu itu tidak mampu menutupi naiknya biaya di hilir.

Sementara pemerintah menetapkan tidak ada kenaikan harga BBM hingga akhir tahun. Hal ini membuat laba Pertamina tergerus, biaya untuk impor minyak dan BBM meningkat tapi harga jual tetap. (mca/mkj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads