SPLU masih terus dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dari sisi cara penggunaan misalnya, saat ini masyarakat perlu mengisi pulsa kWh meter dengan membeli token listrik melalui ATM, minimarket, dan lain-lain dengan menyebutkan ID pelanggan atau nomor kWh meter yang tercantum di SPLU yang akan digunakan.
Agar lebih praktis bagi pengguna mobil listrik, nantinya SPLU dapat diisi dengan menggunakan e-money.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, SPLU-SPLU akan dipindahkan ke lokasi-lokasi yang lebih strategis dan memudahkan pengguna mobil listrik, misalnya tempat parkir gedung perkantoran. Sementara ini SPLU banyak disebar di lokasi-lokasi penataan pedagang kaki lima (PKL).
"Desain SPLU ini kan bisa lepas pasang, bisa dipindah-pindahkan. Kalau ada kantor yang sudah siap, pekerja-pekerjanya pakai mobil listrik, kita kasih khusus," ucapnya.
Colokan yang ada di SPLU juga dapat disesuaikan, tergantung bentuk colokan mobil listrik yang nantinya digunakan secara luas di Indonesia. "Jenis colokan kan macam-macam, tinggal diganti saja. Kalau mobil listrik yang keluaran China, sama dengan colokan kita," tukasnya.
Tiap SPLU memiliki daya 5.500 VA dan dapat dimodifikasi agar kapasitasnya lebih besar. Itu cukup untuk mengisi baterai 10 motor listrik atau sekitar 6 mobil listrik.
"Motor listrik reguler rata-rata butuh 500 VA, jadi5.500 VA bisa untuk 11 motor listrik. Kalau mobil listrik macam-macam, prototype yang kami coba 800 VA. Kalau butuh lebih besar dari 5.500 VA, tinggal kita modifikasi saja," papar Leo.
Sampai akhir tahun ini, PLN menargetkan khusus Jakarta saja ada 1.000 'SPBU mobil listrik'. Sekarang sudah ada 542 SPLU di Jakarta. "Di Jakarta saja kita target 1.000 lokasi sampai akhir tahun. Kita jalan terus, tiap hari bertambah," tutupnya. (mca/ang)











































