Hingga 30 Juni 2017, kerugian ditaksir mencapai US$ 957 juta atau sekitar Rp 12 triliun. Kerugian penjualan premium maupun solar itu termasuk juga dari Program BBM Satu Harga.
Direktur Utama Pertamina, Elia Massa Manik, menjelaskan bahwa sebenarnya Pertamina tidak tekor sampai Rp 12 triliun. Hanya saja, harusnya Pertamina mendapat tambahan penerimaan Rp 12 triliun jika harga solar dan premium sesuai dengan formula yang ditetapkan pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selisih antara harga BBM penugasan yang sekarang berlaku dengan harga jika disesuaikan dengan kenaikan minyak mentah itulah yang mencapai Rp 12 triliun.
"Ada formula, kalau formula itu disesuaikan dengan harga crude (minyak mentah), kita dapat tambahan Rp 12 triliun," kata Elia saat ditemui di Gedung DPR, Rabu (6/9/2017) malam.
Ia menambahkan, selisih Rp 12 triliun itu lebih tepat jika disebut sebagai 'tambahan subsidi' dari pemerintah lewat Pertamina, bukan kerugian.
"Pemerintah lewat Pertamina sebenarnya sudah memberikan tambahan subsidi sebesar Rp 12 triliun untuk masyarakat. Jadi bukan kerugian, yang menikmati masyarakat," ujarnya.
Elia bilang, keuangan Pertamina belum sampai terganggu gara-gara masalah ini. Lagipula, menurutnya, Pertamina milik pemerintah. Jadi tak masalah kalau Pertamina ikut menanggung 'subsidi'. "Pertamina kan punya pemerintah juga," tutupnya. (mca/ang)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 