Pada 2014, total biaya eksplorasi mencapai Rp 31,01 triliun dengan rincian Rp 12,9 triliun di WK eksplorasi dan Rp 18,11 triliun di WK eksploitasi. Tahun 2016, jumlahnya turun menjadi Rp 13 triliun yang meliputi Rp4,2 triliun di WK Eksplorasi dan Rp 8,8 triliun di WK eksploitasi.
Saat ini, terdapat 270 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Dari jumlah tersebut, 87 KKKS masuk dalam fase eksploitasi. Sedangkan 183 KKKS masih dalam tahap eksplorasi, baik konvensional sebanyak 130 kontraktor dan non konvensional sebanyak 53 kontraktor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengibaratkan kegiatan eksplorasi oleh Kontraktor Kerja Sama Migas layaknya kodok yang kakinya diamputasi.
"Ada sebuah cerita, tentang kodok berkaki empat. Kodok kakinya dipotong satu, diteriakin jump dia akan loncat. Dipotong kedua dia teriak jump lompat lagi, kaki ketiga dia jump lagi. Kaki keempat dipotong dia diam saja. Apa kodok akan jadi tuli kalau keempat kakinya dipotong?," kata Arcandra mengawali perumpamaannya di Kantor SKK Migas, Jalarta Selatan, Jumat (29/9/2017).
Arcandra menegaskan, diamputasinya keempat kaki kodok tersebut tidak membuat kodok tersebut tuli. Tidak melompatnya kodok karenan semua kakinya sudah habis dipotong dan tidak lagi mampu lompat.
Ini sama seperti industri migas di Indonesia. Menurunnya eksplorasi bukan karena turunnya harga minyak dunia, melainkan banyaknya peraturan yang menghambat keinginan kontraktor melalukan eksplorasi.
"Jangan kita salahkan oil price yang rendah. Sama seperti cerita kodok. Dia tidak bisa melompat bukan karena budeg, tapi karena kakinya diamputasi. Bahwa memang terjadi penurunan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, yang bisa kita harapkan, jangan sampai penurunan terlalu tajam," tutup Arcandra. (ara/hns)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 