Seberapa Besar Potensi Energi Baru Terbarukan di RI?

Seberapa Besar Potensi Energi Baru Terbarukan di RI?

Niken Widya Yunita - detikFinance
Selasa, 07 Nov 2017 15:17 WIB
Foto: Sekretaris Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Wawan Supriatna (Dok. EBTKE)
Jakarta - Energi baru dan terbarukan (EBT) sangat penting untuk mewujudkan ketahanan energi di masa depan. Terlebih, Indonesia memiliki potensi EBT lebih dari 441 gigaWatt (GW). Sejauh ini yang baru terealisasi yakni 8,89 GW.

Dalam keterangan tertulis dari Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Wawan Supriatna, menjelaskan untuk menjawab masalah lingkungan seperti gas rumah kaca, pemanfaatan EBT harus dioptimalkan.

"Saat ini, Indonesia memiliki banyak potensi EBT yang tersebar di berbagai wilayah, antara lain panas bumi, air, bioenergi, surya, angin, dan laut," ujar Wawan dalam keterangan tertulis dari EBTKE, Selasa (7/11/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wawan mengatakan itu dalam seminar bertajuk 'Optimalisasi EBT untuk Masa Depan Ketahanan Energi Nasional' yang diselenggarakan PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Jakarta, Senin (6/11/2017).

Wawan mengatakan, untuk menjawab masalah lingkungan seperti gas rumah kaca, pemanfaatan EBT harus dioptimalkan. Selain optimalisasi EBT, pihaknya juga melakukan konservasi energi.

Konservasi energi, lanjut Wawan, merupakan upaya sistematis, terencana, dan terpadu. Hal ini untuk melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta efisiensi pemanfaatannya.

"Penggunaan energi masyarakat Indonesia saat ini cenderung boros. Untuk itu, pemerintah terus melakukan kampanye hemat energi yakni dengan program potong 10 persen," lanjut Wawan.

Pada kesempatan yang sama, Deputi I Kepala Staf Kepresidenan Kantor Staf Presiden Darmawan Prasodjo, mengatakan, produksi minyak bumi Indonesia semakin menurun. Sementara konsumsi semakin naik sehingga kebutuhan dipenuhi impor.

"Untuk itu perlu strategi untuk mengatasi masalah tersebut, yakni dengan penggunaan EBT. Pemerintah mendorong penggunaan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai bahan bakar nabati (BBN)," ujar Darmawan. (nwy/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads