Nota MoU tersebut ditandatangani oleh President JAG Energy Yusuke Masuda dan President PT Awina, Ananda Setiyo Ivannanto dalam acara Forum Bisnis Indonesia β Jepang, Rabu (29/11/2017).
"Bakrie Brothers pemasok bahan mentah berupa tandan kosong Sawit, lalu Awina mengolah limbah dari pabrik kelapa sawit dengan proses semikarbonisasi," kata Ivan kepada detikcom seusai mendantangani MoU yang disaksikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Utusan khusus Presiden Bidang Investasi Jepang Rachmat Gobel, dan Duta Besar Arifin Tasrif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk pembangkit 75 MW membutuhkan 330 ribu metric ton (MT) pellet kayu per tahun. Sedangkan untuk pembangkit 200 MW membutuhkan 500 ribu MT pellet kayu, dan 500 ribu MT cangkang kelapa sawit.
Jepang punya komitmen sangat kuat untuk membangunan sumber energi terbarukan. Sebab negeri itu tak ingin terus menerus terhadap minyak yang negar-negara pemasoknya saat ini terlibat konflik sehingga membuat harga tak menentu. Selain itu, Jepang menyadari betul akan ancaman kerusakan lingkungan hidup bila tak segera meninggalkan energi fosil (minyak bumi).
Indonesia sendiri, menurut Ivan, memiliki aneka sumber energi terbarukan baik cahaya matahari, biomas, hidro, tenaga angina, dan lainnya. "Potensi totalnya menapai 400 giga watt. Untuk tenaga surya khususnya sekitar 50 giga watt," ujarnya.
Menilik besarnya potensi yang dapat digarap, ada banyak perusahaan yang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Tapi sayangnya, kata Ivan, berbagai regulasi masih dinilai belum berpihak pada energi terbarukan yang sebetulnya jauh lebih ramah terhadap lingkungan.
"Akhirnya dana miliaran dolar itu banyak terparkir di Singapura sambil menunggu iklim yang lebih kondusif," kata Master Kebijakan Kerjasama Internasional dari Universitas Ritsumeikan Asia Pacific, Beppu, Jepang itu. (jat/hns)











































