Rencananya Pertamina dengan kedua perusahaan tersebut akan membangun kilang berkapasitas 300 barel per hari (bph). Adapun nilai investasinya ditaksir mencapai US$ 10 miliar atau setara Rp 130 triliun.
Namun ternyata Pertamina tak mengeluarkan dana untuk investasi pembangunan kilang tersebut. Seluruh pembiayaan akan dilakukan oleh OOG. Perusahaan asal Oman itu juga akan akan menyuplai bahan minyak mentah (crude).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Pertamina akan mendapatkan porsi kepemilikan sekitar 10% dalam keikutsertaan di konsorsium. Porsi kepemilikan itu didapat dalam keikutsertaan di tahap awal yakni feasibility study hingga kajian-kajian teknis.
"Untuk yang 10% ini, kita akan inject, maksudnya kebutuhan dari pada 10% tentunya kalau dalam tahap awal kan untuk kajian-kajian ya. Kami minta ini ditanggung juga oleh pihak partner sehingga sebenarnya kita tidak mengeluarkan capital sama sekali." kata Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Gigih Prakoso.
Sementara itu, Gigih menjelaskan, lahan yang menjadi lokasi kilang sendiri merupakan milik pemerintah. Sehingga pihaknya masih akan berdiskusi terlebih dahulu dengan Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).
"Soal skema pemanfaatannya nanti, apakah bentuknya sewa, kerja sama atau sebagainya. Itu tentu jadi beban atau tanggungan joint venture company nantinya," tukasnya.
Dari porsi itu Pertamina mendapatkan hak untukb memasok sampai 20% dari minyak mentah GRR Bontang, lalu juga Product Offtake di mana Pertamina tidak memberikan jaminan offtake, serta Pertamina bersedia bekerjasama untuk joint marketing. (dna/dna)