Pembangkit milik PLN yang memiliki empat unit mesin ini masing-masing berkapasitas 9,7 MW di mana unit terakhir telah memperoleh Sertikat Laik Operasi (SLO) pada Februari 2018, sedangkan tiga unit lainnya telah memperoleh SLO pada Desember 2017.
Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka mengatakan, pembangkit MPP dengan mesin gas ini merupakan jenis pembangkit yang pembangunannya tergolong cepat karena hanya membutuhkan waktu pembangunan 6-7 bulan saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PLTMG ini menggunakan bahan bakar dual fuel, yakni dapat menggunakan LNG (Liquid Natural Gas) dan BBM (Bahan Bakar Minyak). Adanya pembangkit ini merupakan upaya untuk mendukung pemerataan akses listrik khususnya di wilayah Indonesia Timur. Saat ini, beban puncak Sistem Ternate Tidore sebesar 32,49 MW, sedangkan daya mampunya sebesar 59,3 MW. Hal ini berarti terdapat cadangan daya sebesar 45% untuk Sistem Ternate Tidore.
Made mengatakan, rogram 35.000 MW lebih utamanya adalah untuk mengatasi masalah kekurangan pasokan daya di daerah-daerah yang statusnya defisit listrik. Dengan adanya penambahan daya dari pembangkit baru, tentunya juga semakin membuat pasokan listrik lebih handal dengan adanya cadangan daya yang cukup.
Lebih dari itu, 35.000 MW ini adalah untuk pemerataan pemenuhan listrik untuk seluruh warga negara Indonesia. Sehingga mampu menaikkan angka rasio elektrifikasi nasional mencapai 98% di 2019. (zlf/zlf)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 