Direktur Eksekutif PTFI Tony Wenas menjelaskan, keberadaan Rio Tinto di tambang Grasberg sendiri sudah ada sejak 1996. Saat itu Freeport menggandeng perusahaan yang bermarkas di Inggris dan Australia itu lantaran tidak memiliki modal yang cukup untuk mengeksploitasi tambang tersebut.
"Rio Tinto itu memang jadi partner kami di proyek Grasberg dari tahun 1996, perjanjiannya berdasarkan persetujuan pemerintah. Jadi pemerintah juga tahu. Selama itu dari 1996 sampai sekarang dalam laporan kami selama ini juga ada Rio Tinto di dalamnya, semua laporan ada," terang Tony saat berbincang dengan detikFinance, Rabu (25/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya dengan dimasukkannya pembelian 40% hak partisipasi Rio Tinto justru mempermudah pemerintah yang ingin mendapatkan keuntungan dari tambang Grasberg secara maksimal. Sebab jika hak partisipasi itu tidak dibeli, maka potensi pendapatan yang didapat nantinya tidak sepadan dengan kepemilikan 51% saham PTFI.
"Jadi dengan Rio Tinto yang mau keluar dan ketika pemerintah mau ambil 40% hak partisipasi Rio Tinto jadi lebih mudah dan buktinya memang lebih mudah," ujarnya. (hns/hns)