Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto menerangkan, aktivitas Lapindo ini berbeda dengan lokasi semburan lumpur.
"Jadi aktivitasnya itu tidak di daerah yang dulu kena lumpur Lapindo. Beda, kan lapangan migas luas, yang blow up kan Tanggulangin. Ini bukan di Tanggulangin," kata dia kepada detikFinance di Jakarta, Jumat (3/8/2018).
Meski tak secara rinci, Djoko mengatakan, kedalaman pengeboran pada WK yang dikelola Lapindo kali ini berbeda dengan wilayah yang menyemburkan lumpur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau itu kan onshore kan ada kedalaman tertentu kan yang dulu ngebor lumpur Lapindo. Ini tingkatannya bukan kedalaman itu," imbuhnya.
Lantas, kenapa kontraktor lain enggan mengelola Blok Brantas? Djoko berpendapat, kontraktor memiliki pertimbangan-pertimbangan lain. Tapi, kasus lumpur Lapindo ikut berpengaruh pada minat kontraktor.
"Ya kalau kontraktor nggak ikut pemikiran masing-masing, tetapi yang jelas ada masalah itu. Kalau kontraktor nggak ikut kan dia belum tahu daerah situ, kan nggak tahu," terangnya.
Legal Manager Lapindo Brantas Inc Deddy R Putra mengatakan, pekerjaan di wilayah lumpur sudah berhenti. Dia bilang, untuk wilayah lumpur sudah dibatasi tanggul.
"Tidak ada pekerjaan di area lumpur. Wilayah kita dari Sidoarjo, Kediri, Mojokerto dan lain-lain," tutupnya