Sebelumnya, nelayan di Pulau Parang hanya bisa menikmati listrik selama enam jam dalam sehari. Penyediaan listrik tersebut dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas kecil.
Pemerintah bersama Kedutaan Besar Denmark melalui ESP3 pun berinisiasi menerangi kepulauan Karimunjawa selama 24 jam dengan membangun PLTS dengan kapasitas yang lebih besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi ada dua blok PLTS-nya yang punya Kementerian ESDM itu 75 kWp dan ESP3 itu 60 kWp jadi 135 kWp," ungkapnya kepada detikFinance, Rabu (8/8/2018).
"Lahannya yang paling besar (PLTS) dibandingin yang lain karena penduduknya paling banyak. Dominasi itu nelayan kan butuh GPS, lalu ada sekolah, puskesmas," sambung dia.
Adapun biayanya hanya mematok sebesar Rp 2.000 per kWh dari sebelumnya Rp 2.500 per kWh.
Sementara itu, ESP3 sendiri membangun PLTS di tiga lokasi di Kepulauan Karimunjawa, yakni Parang, Nyamuk dan Genting dengan dana sebesar Rp 16 miliar.