"Jadi kami mengakui bahwa program B20 belum optimum seperti yang kita harapkan. Tapi kita bisa klaim pelaksanaan getting better," kata Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (26/10/2018).
Rida menyebutkan faktor logistik menjadi salah satu penghambat pelaksanaan B20 belum maksimal. Padahal, dari sisi produksi dan penyimpanan B20 sudah siap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya mengatakan, dalam mengangkut fatty acid methyl ester (FAME) tidak bisa menggunakan sembarang kapal. Dibutuhkan kapal dengan spesifikasi tertentu untuk mendistribusikan bahan baku B20 tersebut.
"Kapalnya ada bersertifikat pula tapi trayeknya tidak membutuhkan kapal bervolume itu. Kapal ada 25.000 tapi yang kita butuhkan 5.000 kalau dipaksakan nggak efektif," ujar Rida.
Kurangi Titik Pengiriman
Rida menambahkan rencananya titik pengiriman FAME juga akan dikurangi dari 86 menjadi 10. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir potensi masalah dalam penyaluran.
"Kita akan mengurangi jumlah tujuan dari 86 menjadi hanya 10 titik," tutur Rida.
Sebanyak 10 titik penyaluran FAME tersebar di 6 kilang Pertamina dan 4 TBBM. Keenam kilang tersebut antara lain kilang Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Kasim. Sedangkan keempat TBBM tersebut antara lain di Pulau Laut, Tuban, Sambas, dan Medan.
"Di 10 titik itu (blending) kemudian di 4 TBBM. Ada 2 di antara itu butuh floating storage," kata Rida.