Bisnis Eksplorasi Migas: Mahal dan Risiko Duit 'Menguap'

Bisnis Eksplorasi Migas: Mahal dan Risiko Duit 'Menguap'

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 19 Nov 2018 11:21 WIB
Foto: Pradita Utama/detikcom
Jakarta - Kegiatan eksplorasi atau pencarian sumber minyak baru saat ini banyak dilakukan di wilayah lepas pantai. Risikonya, selain butuh sumber daya manusia yang kompeten, teknologi dan pendanaan pun butuh investasi yang besar.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, pengelolaan migas lepas pantai dibutuhkan sekitar US$ 15-20 juta untuk eksplorasi di shallow water.

"Sedangkan untuk deep water, satu sumurnya bisa mencapai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun," kata Arcandra di hadapan mahasiswa Universitas Borneo Tarakan dalam keterangan tertulis, Senin (19/11/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Satu sumur (deep water) bisa Rp 1,5 triliun, untuk dapat minyaknya belum tentu. Misalnya kita sudah berinvestasi untuk 4 sumur, berarti Rp 6 triliun, kalau tidak ketemu minyaknya, tidak akan kembali Rp 6 triliun itu," jelas Arcandra.

Arcandra mengungkapkan, hal seperti inilah yang harus dapat dipahami oleh setiap mahasiswa. Dia menuturkan, itu bukan berarti jadi permasalahan bangsa lantaran tidak mampu mengelolanya, melainkan karena memang dalam pengelolaan sumber daya alam tidak semua berujung pada kesuksesan.

"Dan kita juga harus mengakui adanya gap yang cukup besar baik dari sisi human resources, teknologi dan juga pendanaan yang dimiliki," lanjutnya.


Terkait sumber daya manusia, Arcandra mengatakan sebenarnya Indonesia mampu mempersempit kesenjangan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan belajar dari orang yang memang mampu dan terbukti keahliannya dalam mengelola sumber daya alam.

"Kalau mau menutup gap dari human resources, bukan mengatakan kalau asing tidak boleh masuk. Kita harus terbuka kepada investasi yang masuk sehingga kita bisa belajar untuk mengelola pengelolaan sumber daya alam," terang Arcandra.

Arcandra menambahkan, Indonesia dituntut untuk meningkatkan kompetensi supaya tidak kalah dari negara lain.

"Menjadi human capital artinya kita harus punya kompetensi. Seseorang disebut kompeten apabila memenuhi tiga pilar, yaitu ilmu, skill dan experience," tutupnya.




Tonton juga 'Ekspor Januari 2018 Turun 2,81 Persen, Didominasi Sektor Nonmigas':

[Gambas:Video 20detik]

(eds/eds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads