Terbesar di ASEAN, Proyek 35.000 MW di Karawang Dimulai

Terbesar di ASEAN, Proyek 35.000 MW di Karawang Dimulai

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Kamis, 20 Des 2018 08:18 WIB
1.

Terbesar di ASEAN, Proyek 35.000 MW di Karawang Dimulai

Terbesar di ASEAN, Proyek 35.000 MW di Karawang Dimulai
Foto: Eduardo Simorangkir
Jakarta - Proyek pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Jawa 1 berkapasitas 2 x 880 MW akhirnya masuk ke tahap konstruksi. Proses pencarian dana yang akhirnya rampung setelah berlangsung selama hampir dua tahun ini memberi kepastian pembangunan salah satu proyek dari program 35.000 MW ini.

Proyek ini sendiri terbilang cukup prestisius. PLTGU Jawa 1 yang mengintegrasikan infrastruktur gas dan pembangkit listrik menjadi yang pertama kali di Asia dan terbesar se-Asia Tenggara.

Dengan predikat tersebut, tak tanggung-tanggung tiga perusahaan kelas dunia pun digaet untuk membangun proyek ini yakni General Electric (GE) dari Amerika Serikat (AS), Samsung C&T (Korea Selatan) dan Meindo Elang Indah. Pembangunan PLTGU Jawa 1 yang dilakukan oleh PT Jawa Satu Power, merupakan perusahaan konsorsium dari PT Pertamina Power Indonesia (PPI) bersama dengan Marubeni Corporation dan Sojitz Corporation dari Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menko Perekonomian Darmin Nasution, Dirut Pertamina Nicke Widyawati hingga Dubes AS Joseph R. Donovand Jr pun mampir ke Karawang untuk meresmikan groundbreaking proyek yang sudah ditenderkan sejak tahun 2016 ini. Berikut ulasan lengkapnya:
Proyek PLTGU Jawa 1 digadang-gadang menjadi proyek terintegrasi gas alam dengan pembangkit listrik pertama di Asia dan yang terbesar di Asia Tenggara.

Proyek ini bernilai US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 26 triliun (kurs Rp 14.500). Pendanaannya dibiayai oleh konsorsium yang terdiri dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) and Nippon Export and Investment Insurance Co, Ltd (NEXI), Asian Development Bank (ADB), serta institusi perbankan komersial antara lain Mizuho Bank Ltd, MUFG Bank Ltd, Oversiea-Chinese Banking Cooperation Ltd, Credit Agricole Corporate and Investment Bank, Societe Generale.

Skema pendanaannya adalah non-recourse project financing, di mana pembayaran pinjaman murni bersumber dari proyek itu sendiri. Secara keseluruhan, proyek ini melibatkan lebih dari 20 perusahaan domestik dan internasional.

Untuk pembangunan konstruksi dipercayakan kepada General Electric (GE), Samsung C&T (Samsung) dan PT Meindo Elang Indah (Meindo), termasuk pemeliharaan pembangkit listrik selama 25 tahun.

Dalam proyek ini, GE menyediakan turbin gas paling efisien dengan tingkat emisi terendah 9HA.02, serta layanan pemeliharaan jangka panjang yang meliputi digital solutions, commissioning and installation, parts, field and repair services. Sedangkan Samsung akan menyediakan pekerjaan konstruksi dan peralatan balance of plant untuk pembangkit listrik. Sementara Meindo akan menyediakan semua pekerjaan laut termasuk jetty, pipa gas, dan pipa air pendingin.

Pembangkit berkapasitas 1.760 MW ini adalah pembangkit pertama dan terbesar di Asia Tenggara yang memadukan infrastruktur gas dan pembangkit listrik. Untuk itu, sebuah Floating Storage Regasification Unit (FSRU) juga akan dibangun bersamaan guna mengintegrasikan gas dan juga pembangkit listrik.

Listrik yang dihasilkan akan dijual ke PT PLN (Persero) dengan harga 5,5038 cUSD/kWh atau sekitar Rp 797/kWh (kurs Rp 14.500). Pasokannya akan disalurkan melalui jaringan listrik nasional Jawa-Bali milik PLN.

"Pembangkit ini diharapkan bisa menambah pasokan listrik untuk 11 juta pelanggan. Dengan tarif yang efisien, PLN berpotensi menghemat sebesar Rp 43 triliun," kata Direktur Pengadaan Strategis PLN, Supangkat Iwan Santoso.

Pembangkit listrik dengan teknologi combined-cycle Jawa-1 ini ditargetkan selesai pada September 2021. Selama proses konstruksi, pembangkit ini akan menyerap sekitar 4.600 orang tenaga kerja, dan tambahan 200 orang selama masa operasi.

Dengan kapasitas terpasang 2x880 MW, pembangkit ini diharapkan bisa menambah pasokan listrik untuk 11 juta pelanggan. Listrik yang dihasilkan pembangkit akan disalurkan ke Sistem Kelistrikan Jawa-Bali melalui jaringan transmisi 500 kV dari lokasi pembangkit ke Gardu Induk 500 kV Cibatu Baru di Cibatu, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat.

Direktur Pengadaan Strategis PLN, Supangkat Iwan Santoso mengatakan harga listrik tersebut merupakan salah satu yang termurah untuk kategori pembangkit bertenaga gas dan uap. Dengan tarif yang efisien, PLN berpotensi menghemat biaya pokok produksi untuk pembangkit sistem Jawa-Bali sebesar Rp 43 triliun.

"Ini sekarang kita kan masih ada pembangkit-pembangkit yang kurang efisien. Pembangkit gas yang lebih mahal, pembangkit-pembangkit yang lama kan tidak efisien. Nah yang sekarang ini sangat efisien. Jadi tentu bebannya akan turun sehingga secara total rupiah/kWh-nya akan turun di Jawa-Bali," katanya.

Supangkat mengatakan penghematan biaya pokok produksi tersebut bisa terlaksana saat PLTGU Jawa 1 telah beroperasi. Pembangkit listrik dengan teknologi combined-cycle ini ditargetkan selesai September 2021.

"Setelah masuk beroperasi, nanti biaya pokok produksinya akan lebih hemat," ujar dia.

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengapresiasi terealisasinya tahap konstruksi pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Jawa 1. Pembangkit yang mengintegrasikan infrastruktur gas dan listrik tersebut merupakan yang pertama di Asia dan berkolaborasi dengan sejumlah perusahaan dunia.

Hasilnya, pembangkit ini disebut memiliki tarif atau harga jual yang relatif murah karena efisiensi yang dihasilkan. Namun dia berharap predikat tersebut juga sejalan dengan penggunaan komponen dalam negeri untuk konstruksi pembangkit.

"Sebetulnya ada hal lain yang pemerintah ingin titip terutama ke PLN. Karena yang paling berperan menentukan siapa yg menang dan prioritas itu PLN," kata Darmin.

"Saya tahu Pak Sofyan (Dirut PLN) itu bankir. Pasti senang betul yang paling efisien itu yang mana. Tapi jangan cuma paling murah, tapi juga harus paling siap untuk membangun bagian-bagian dari pembangkitnya itu di Indonesia. Jangan asal murah saja," tambahnya.

Sementara untuk tahap operasi, Darmin berharap PLN bisa menggunakan bahan bakar ramah lingkungan yang lebih optimal pada proyek-proyek pembangkit lainnya. Dia menantang PLN untuk bisa menerapkan biodiesel 100% dengan berbagai kolaborasi yang memungkinkan sehingga ujungnya impor BBM bisa ditekan.

"Bisa nggak pakai B100? Saya tahu General Electric (GE) bisa. Pada waktu kita tanya PLN pakai B20, Bu Rini waktu ke pabrik GE bilang, kalau mereka bisa pakai B100. Kalau itu kita lakukan, kita dapat keuntungan tiga sampai lima macam dengan sekali pukulan," ujar Darmin.

Merespons hal tersebut, Direktur Pengadaan Strategis PLN, Supangkat Iwan Santoso mengatakan pihaknya memiliki rencana menggunakan bahan bakar biodiesel100%. Namun untuk penggunaan biodiesel secara penuh, penerapannya kata dia bisa dilakukan di pembangkit baru karena berhubungan dengan teknologi atau mesin yang digunakan.

"Kemarin kita kunjungi Wartsila, pabrik diesel di Finlandia, dia sudah produksi. Itu PLTD diesel B100. Tapi dia harus baru (bangun PLTD baru), yang lama (eksisting) tidak bisa," katanya.

Saat ditanyakan kapan rencana tersebut akan mulai direalisasikan oleh PLN, Iwan belum bisa berkomentar banyak.

"Masih kita rencanakan," ujarnya singkat.

Hide Ads