B100 sendiri bahan bakar yang komponennya 100% dari bahan nabati.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, visi yang disampaikan Jokowi positif. Namun, program itu terlalu ambisius untuk ditempuh secara singkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan tanpa alasan. Dia menjelaskan, untuk menerapkan B100 butuh riset atau penelitian.
Menurutnya, perlu melihat juga pasar yang memakai B100. Terutama, terkait dampaknya kepada mesin hingga manufaktur yang memakai B100.
Dia bilang, lebih baik penggunaan bahan bakar nabati dilakukan secara bertahap, tidak secara instan.
"Saya kira tidak dalam waktu dekat untuk menjadi B100, dalam 5 tahun ke depan. Karena dari B20 pemerintah masih mau meningkatkan B30 dahulu, karena harus penelitian, terutama terkait mesin apakah merusak atau tidak, terus manufaktur mau menerima atau tidak, banyak harus yang dipertimbangkan ataupun penelitian terkait penggunaan bahan bakar nabati ini," paparnya.
Dia menekankan, strategi terbaik dalam penggunaan bahan bakar nabati ialah dilakukan secara bertahap.
"Tidak serta merta B100. Mungkin tidak dalam waktu dekat. Jadi memang mungkin dalam waktu dekat ini, 30-40% sampai melihat kesiapan pasar dan manufaktur sampai pembiayaan (untuk kilang)," tutupnya. (dna/dna)