Chevron menjadi satu-satunya perusahaan minyak terbesar yang masih beroperasi di Venezuela. Trump sendiri memberikan sanksi kepada semua perusahaan Amerika Serikat untuk tidak bekerja sama dengan perusahaan Venezuela, sanksi itu sendiri ditangguhkan hingga 27 Juli.
Sanksi dari Trump bisa saja membuat Chevron pergi dari Venezuela setelah mengeksplorasi kekayaan minyak dan gas di Venezuela sejak 1920. Chevron sendiri bekerja sama dengan perusahaan migas lokal Venezuela PSDV untuk hal tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip CNN, Kamis (20/6/2019) Chevron saat ini memiliki lima proyek produksi migas darat dan lepas pantai di Venezuela, bahkan mereka telah mendirikan kantor pusatnya di Amerika Latin di Caracas.
Chevron memiliki total 39% saham dalam usaha patungan dengan PDVSA yang menghasilkan 16.000 barel minyak per hari di lapangan migas Boscan, yang terletak di negara bagian Zulia. Lapangan migas Boscan ditemukan perusahaan ini pada 1946.
Chevron bukan hanya menghabiskan sumber dayanya untuk produksi di lapangan migas saja. Pada 2006 dan 2016, Chevron mengatakan telah menginvestasikan biaya untuk komunitas lokal lebih dari US$ 94 juta sekitar Rp 1,3 triliun (kurs Rp 14.000).
Investasi tersebut termasuk program pengajaran matematika dan membaca modern yang mendukung 1.000 guru dan hampir 10.000 anak di Venezuela.
Tonton video Lebih dari 3 Juta Warga Venezuela Tinggalkan Negaranya: