Angka lebih rendah dibanding hasil rapat kerja dengan Komisi VII pada 20 Juni 2019 sebesar Rp 1.500 per liter.
Jonan bilang, pemerintah mengusulkan besaran lebih rendah karena harga minyak mentah cenderung turun. Sejalan dengan itu, pemerintah ingin agar subsidi lebih tepat sasaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan dua asumsi, pertama harga minyak turun sekarang saja turun. Kedua, adalah kita mengurangi subsidi supaya penggunaan anggaran tepat sasaran," kata Jonan dalam rapat di Komisi VII Jakarta, Rabu (28/8/2019).
Terkait hal tersebut, Anggota Komisi VII Fraksi Gerindra Kardaya Warnika mengatakan, penurunan subsidi beriko terhadap harga eceran solar. Untuk itu, dia mengusulkan agar subsidi seperti pembahasan di rapat kerja sebesar Rp 1.500 per liter.
"Untuk itu kembali ke raker 20 Juni yaitu Rp 1.500. Saya mengusulkan kembali Rp 1.500, demi rakyat," ujarnya.
Jonan pun menjelaskan, jika subsidi solar diturunkan dari Rp 1.500 menjadi Rp 1.000 maka ada anggaran negara yang dihemat sebanyak 7,5 triliun yang dikeluarkan untuk subsidi.
"Ini rule of thumb cara hitung, mohon maaf minyak solar alokasi yang disubsidi 15,31 miliar liter, 15,31 juta kiloliter (KL). Kalau misalnya subsidinya berkurang Rp 500 dari Rp 1.500 menjadi Rp 1.000 itu berkurangnya (subsidi), penghematan di APBN Rp 7,5 triliun," paparnya.
Wakil Ketua Komisi VII Ridwan Hisjam pun menerima usulan anggota agar subsidi Rp 1.500 per liter. "Jadi kita tetap aja ya Rp 1.500, sepakat ya," terangnya
(hns/hns)











































