Jakarta -
Polda Metro Jaya tengah malam tadi menciduk pembuat film Sexy Killers
Dandhy Laksono. Dia ditangkap lantaran cuitannya terkait
Wamena dianggap mengandung ujaran kebencian.
Sebenarnya film yang dia buat melalui rumah produksi yang dia dirikan
Watchdoc, jauh lebih heboh dari pada cuitannya. Film itu mengangkat sisi buruk dari industri tambang batu bara.
Tak hanya itu,
Dandhy juga berani menyinggung nama-nama besar di balik keburukan industri tambang batu bara. Mulai dari pengusaha kenamaan, pejabat, menteri hingga calon wakil presiden.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama-nama yang disinggung dalam film itu pun ikut berkomentar terhadap Sexy Killers. Berikut tokoh-tokoh yang berkomentar menurut catatan berita di
detikcom:
Jonan ikut dimintai tanggapan lantaran jabatannya saat ini menjadi Menteri ESDM. Kala itu dia mengaku sudah mengetahui film tersebut, namun ia belum sempat menontonnya.
"Tulisan judulnya kan Sexy Killers, kalau di rumah saya mau buka (film Sexy Killers), tapi takut juga, kalau dilihat istri waduh dikira nonton apa itu, kok ada 'sexy-sexy'-nya. Jadi batal deh nontonnya, nanti saja saya tonton," ujar Jonan usai mencoblos di TPS 099 SDN Cipete Utara, Jakarta, Rabu (17/4/2019).
Namun Jonan menegaskan soal pertambangan dan dampaknya, hingga saat ini ia sudah membuat peraturan terkait hal tersebut. Misalnya jika ada perusahaan yang tidak berkomitmen untuk menjamin reklamasi maka tak akan ditanggapi oleh Kementerian ESDM.
"Saya sudah bilang ke semua pemegang konsesi tambang, mereka harus melakukan kegiatan reklamasi dan konservasi lingkungan sesuai dengan peraturan. Arahan presiden juga begitu," tuturnya.
Dia meyakini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong hal yang sama. Sebab penegakan hukum di bidang lingkungan merupakan wewenang KLHK.
Berbeda dengab Jonan, Luhut disindir dalam film itu lantaran perusahaan PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) yang disebut-sebut miliknya.
"Sexy Killers, saya terus terang nggak ada urusan dengan Sexy Killers, saya di sini cuma ada satu perusahaan yang ikut yaitu Kutai Energi, itu saya memang punya 99%, tapi kalau Toba Bara Sejahtera itu public company," kata Luhut di kantor Kemenko Maritim, Jakarta, Rabu (8/5/2019).
Dia menegaskan telah lama menjual kepemilikan sahamnya di Toba Bara Sejahtera. Dulu memang dia memiliki mayoritas saham di sana.
"Dulu memang saya majority, tapi 3,5-4 tahun lalu saya jual, jadi saya nggak punya lagi saham di sana. Jadi kalau dibilang yang aneh-aneh nggak lah," sebutnya.
Terkait citra perusahaan di sektor tambang miliknya yang dikesankan buruk dalam Sexy Killers, Luhut juga menepis dengan tegas. Dia mengaku perusahaannya taat pada aturan yang berlaku.
"Kutai Energi pun saya baru dapat laporan terima penghargaan lagi mengenai lingkungan dan mengenai pembayaran pajak beberapa waktu yang lalu, dan CSR mereka pada pendidikan di daerah itu tadi saya baru lihat," tambahnya.
Salah satu perusahaan batu bara yang disebut dalam film Sexy Killers adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Menanggapi hal itu Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir mengaku tak terusik dengan adanya film tersebut. Sebab menurutnya film itu bukanlah produk jurnalistik yang bisa dipercaya.
"Jurnalis itu kan waktu mau dimasukin berita harus cover both side. Sumbernya harus dilihat dulu," ujarnya di Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Menurut pria yang akrab disapa Boy itu, film itu tidak bisa dipercaya lantaran minim klarifikasi. Tak bisa disalahkan, sebab menurutnya Sexy Killers bukan produk jurnalistik.
Boy juga menilai film itu sangat kental unsur politik. Selain karena peluncurannya bertepatan dengan pesta politik, juga dalam film itu banyak dihubungkan dengan tokoh politik.
"Seperti Pak Erick Thohir, enggak ada hubungannya. Erick aja setahun sekali juga enggak ke kantor saya," tuturnya.
Nama Cawapres Sandiaga Uno jugaikut disebut dalam film Sexy Killers. Menganggapi hal itu fia mempertanyakan waktu (timing) rilis film dokumenter soal tambang batu bara itu.
"Saya belum melihat film tersebut tapi menurut saya di saat-saat menjelang Pemilu mengangkat sebuah cerita-cerita yang harus diverifikasi itu tentunya kita pertanyakan timing-nya," kata Sandiaga kepada wartawan di Banda Aceh, Jumat (3/5/2019).
Menurutnya, film dokumenter itu perlu verifikasi dan validasi lagi. Dia sendiri mengaku hingga kini belum menontonnya.
"Saya sendiri belum melihat dan menurut saya ini yang menjadi hal yang harus digarisbawahi bahwa informasi itu harus selalu diverifikasi dan divalidasi. Saya sudah tidak bergabung di bisnis selama lima tahun," jelas Sandiaga.
Sementara terkait isu penjualan saham yang disebutkan dalam dokumenter, Sandiaga juga mengaku tidak mengetahuinya. Dia kembali menjelaskan sudah beberapa tahun tidak mengurus bisnis.
"Mohon ditanyakan kepada yang mengurus saya sudah tidak ikut dalam bisnis. Saya di Gerindra dari 2015 dan mulai 2017 bertugas di balai kota jadi silakan diverifikasi sendiri," ungkap mantan wakil gubernur DKI Jakarta tersebut.
Dalam dokumenter Sexy Killers Sandiaga disebut pernah menjabat sebagai direktur tambang batu bara di Kutai Kertanegara. Lubang tambang tersebut disebut ikut menelan korban jiwa.
Selain itu Sandiaga juga disebut memiliki jejak di perusahaan tambang batu bara yang memiliki saham diproyek PLTU di Jawa Tengah.
Halaman Selanjutnya
Halaman