Meski begitu, mantan Direktur Utama Pertamina ini menilai jika ingin efisien seharusnya Pertamina tidak menggunakan perantara.
"Oh, saya belum dengar, trading arm untuk apa itu? Saya belum dengar dan saya kira untuk meningkatkan efisiensi mestinya jangan ada second man, jangan ada perantara, mestinya, harusnya prosesnya bisa langsung," kata Dwi di kantornya, Jakarta, Kamis (10/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, dalam keterangan tertulisnya Pertamina menyatakan, jika PIMD bukan pengganti Petral.
"Petral merupakan trading arm Pertamina dalam import minyak mentah untuk kebutuhan domestik, sedangkan PIMD merupakan trading arm untuk menjual produk Pertamina maupun produk pihak ketiga di pasar international. Jadi jelas PIMD jangan disamakan dengan Petral, karena PIMD fokus untuk menghasilkan pendapatan tambahan melalui penjualan di luar negeri. Jadi bukan untuk memenuhi kebutuhan domestik," kata Fajriyah Usman, VP Corporate Communication Pertamina.
Menurutnya, pemenuhan kebutuhan minyak mentah maupun produk BBM domestik tetap dilakukan sesuai amanat pemerintah yaitu oleh fungsi di internal Pertamina melalui Integrated Supply Chain atau ISC.
"Saat ini, PIMD juga berperan untuk menangkap peluang bisnis pasar Bunker Asia Tenggara terutama di Singapura, dan hal ini adalah bisnis yang sifatnya operasional. Ke depan perusahaan ini juga menggarap peluang penjualan produk lainnya langsung ke end customer di pasar internasional dengan membangun bisnis ritel dalam rangka memperkenalkan brand Pertamina secara global," ujarnya.
(eds/eds)