Bicara Industri Migas RI, Jonan: Ketinggalan dari Sektor Lain

Bicara Industri Migas RI, Jonan: Ketinggalan dari Sektor Lain

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 14 Okt 2019 15:33 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan/Foto: Ari Saputra
Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan blak-blakan mengenai industri minyak dan gas bumi (migas) dalam acara Economic Outlook 'Membangun Iklim Investasi di Sektor Migas' di JS Luwansa, Jakarta, Senin (14/10/2019). Menurut Jonan, industri ini ketinggalan dibandingkan sektor lainnya.

"Masa kabinet ini sampai Jumat kira-kira, hari ini saya ngomong aja. Waktu saya mulai ditugaskan di sini terus terang saya kaget sekali, bahwa sektor energi secara keseluruhan menurut saya praktisnya itu ketinggalan dari sektor-sektor lain," kata Jonan.

Jonan pun membandingkan dengan sektor telekomunikasi yang berkembang dengan cepat. Dia mengatakan, 25 tahun lalu harga handphone hampir sama dengan satu mobil Toyota Kijang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya kasih contoh industri telekomunikasi 25 tahun lalu, mungkin 27 tahun lalu waktu saya mulai beli handphone. Itu handphone hampir sama satu Toyota Kijang baru, Kijang kotak," katanya.


Handphone kala itu masih terbatas fungsinya, hanya bisa menelepon tanpa bisa menyimpan nomor telepon atau menyimpan data.

Saat ini, harga handphone semakin terjangkau dengan kemampuan yang semakin mumpuni. Jonan menyebut, jangkauan industri telekomunikasi jauh mengalahkan jangkauan distribusi bahan bakar minyak (BBM) dan jaringan listrik

"Sekarang mobile phone harganya mungkin Rp 10-12 jutaan. Ini Apple, saya nggak tahu. Ini handphone tidak ada 5% Toyota Kijang," katanya.


"Kalau communication industry berkembangnya luar biasa pesat, mobile phone industri itu berapa tahun Indonesia eksis 30 years tapi jangkauannya itu melebihi jangkauan distribusi BBM yang sudah lebih tua daripada republik ini dan juga layanan ketenagalistrikan," paparnya.

Jonan meminta agar semua pihak berpikir bagaimana membuat produk dengan ongkos sekompetitif mungkin.

"Yang penting di sini menurut saya semua pihak harus bisa berpikir bagaimana how we can produce better product more competitive cost," tutupnya.


(ara/ara)

Hide Ads