Direktur Pengadaan Strategis I PLN, Sripeni Inten Cahyani mengatakan pihaknya akan segera menandatangani kontrak awal dengan Masdar Clean Energy Company pada 11 Januari 2020.
"Jadi, kita akan tandatangan di depan Presiden. Salah satunya yang di Masdar. Akan ada PPA (power outchase agreement), total investasinya US$ 129 juta," kata Sripeni di Kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jakarta Pusat, Selasa (7/1/2020).
Dia menjelaskan pembangkit ini berkapasitas 145 megawatt (MW) yang akan dibangun mulai awal 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Targetnya tahap satu pembangunan PLTS ini selesai di akhir 2021 dengan target 50 MW. Sisanya akan diteruskan di 2020.
"Jadi, targetnya 50 MW selesai 2021. Sisanya, di 2022 nanti," kata Sripeni.
Sripeni juga memaparkan, 51% kepemilikan PLTS Cirata dipegang PLN sisa 49% lainnya oleh Masdar. Sripeni juga mengatakan rencananya harga listrik yang dijual dari PLTS Cirata sebesar US$ 5,8 sen/kwh.
"Komposisinya 51 PLN-49 Masdar. Harga listriknya US$ 5,8 sen/kwh," ungkap Sripeni.
Setidaknya, ada empat proyek energi yang akan segera mendapatkan dana segar dari UEA. Total investasinya US$ 3,9 miliar atau berkisar Rp 54 triliun.
Selain proyek PLTS Cirata, ada proyek kilang Balikpapan akan dikerjasamakan dengan Mubadala Petroleum. Lalu, ada proyek kilang Balongan akan dikerjasamakan dengan Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc).
Selanjutnya, akan ada pengembangan proyek Inalum di Sumatera Utara dan Kalimantan Utara dengan Emirates Global Aluminium (EGA) Enterprise.
(dna/dna)