Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan ada sejumlah hal yang membuat lifting migas tak mencapai target. Mulai dari masalah harga, hingga masalah produksi di Blok Mahakam.
"Salah satu penyebabnya karena asumsi harga yang nggak sesuai, kemudian lifting juga ada beberapa problem contohnya di Mahakam ada minus 15.000 barel yang terjadi karena adanya beberapa decline lebih tinggi, hasil ada pengeboran beberapa kali yang nggak sukses," kata Dwi dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (9/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, pada 2019 lalu Pertamina Hulu Energi (PHE) menghentikan sementara kegiatan proyek di sekitar anjungan lepas pantai YYA Blok North West Java (ONWJ). Hal itu juga yang membuat target lifting tahun lalu tak tercapai.
"Nanti akan kita arahkan ada beberapa penyebab minusnya lifting paling besar PHM paling besar karena proyek YYY ONWJ, lalu PHE OSES, Medco Natuna dan Pertamina EP. itu yang paling besar dari target 775 ribu barel per hari kita mencapai 746 ribu barel per hari," katanya.
Dwi mengatakan, untuk mencapai target di tahun ini pihaknya sudah melakukan beberapa langkah dan strategi.
"Beberapa hal yang kita lakukan untuk antisipasi 2020 seperti kita launching di akhir 2019 lalu, laporan kerja yang dilakukan KKKS akan kita kawal, peningkatan aktivitas kerja jangka panjang. Kami harap akhir bulan ini ada launching strategi baru dari KKKS," katanya.
(fdl/ara)