"Khusus berbicara nikel, sekarang investasi terbesar di sektor mineral kita itu ada di wilayah timur. Mulai dari Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Halmahera, Maluku Utara, dan sebagainya sampai Papua, di Raja Ampat sana ada cadangan nikel yang begitu besar. Dan ini sekarang sedang terjadi pembangunan besar-besaran," kata Erwin dalam gelaran Indonesia Millennial Summit 2020 di The Tribrata, Jakarta Selatan, Jumat (17/1/2020).
Apalagi, ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan melarang ekspor bijih nikel, kawasan Indonesia timur kini jadi incaran pengusaha dalam negeri dan asing untuk berinvestasi di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Erwin, kepercayaan pengusaha untuk berinvestasi di Indonesia timur, seperti Makassar, terutama sektor energi ini meningkat pesat dengan ketersediaan pasokan listrik dan konektivitas jalan tol.
"Kita bisa melihat bahwa keandalan suplai dan keberadaan dari pada raw material, kemudian orang ingin berinvestasi ke Makassar cukup tinggi karena mereka tidak perlu takut lagi terhadap listrik. Kemudian airport dan pelabuhan sudah tersambung jalan tol, sehingga kenyamanan itu semakin baik," papar dia.
Namun, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia timur belum mumpuni sehingga perlu menjadi perhatian pemerintah.
Kehadiran nikel juga mengundang investor untuk membangun pabrik baterai. Pasalnya nikel merupakan salah satu komponen pada baterai.
"Tapi kapasitas SDM menjadi sangat penting. Karena kalau kita berbicara tentang millennial, mungkin teman-teman di Indonesia timur yang muda-muda masih belum sampai ke sana pola pikirnya. Jadi saya kira kapasitas SDM, ya sekolah itu harus diperbaiki di sana," pungkas pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Konstruksi dan Infrastruktur tersebut.
(ara/ara)