Harga Minyak Anjlok di Tengah Corona, Jonan Buka Suara

Harga Minyak Anjlok di Tengah Corona, Jonan Buka Suara

Soraya Novika - detikFinance
Selasa, 14 Apr 2020 20:30 WIB
Pembuluh darah mata sebelah kanan Menteri ESDM Ignasius Jonan dikabarkan pecah. Tapi ternyata penampilan Jonan sehat-sehat saja di Tokyo.
Foto: Dok. Facebook Ignasius Jonan
Jakarta -

Harga minyak dunia sempat diramal bakal menyentuh US$ 0 per barel bila pandemi COVID-19 tak juga pulih. Bila kondisi itu benar-benar terjadi, tentu secara tidak langsung berdampak pada harga BBM maupun perekonomian RI secara keseluruhan.

Lalu, langkah seperti apa yang seharusnya diambil oleh pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi hal tersebut?

Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan ikut menyoroti hal tersebut. Menurutnya, sejauh ini tak ada yang bisa dilakukan Indonesia terkait dengan kondisi harga minyak yang terus merosot itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita mesti ngapain di Indonesia? Kalau untuk oil and gas, nothing that we can do dari sisi produk," ujar Jonan dalam konferensi pers virtual bertajuk Surviving The COVID-19 Preparing The Post Resources, Mining and Energy Industry Perspective, Selasa (14/4/2020).

Terutama untuk gas. Ia mencontohkan sumur gas yang sudah dibuka akan sulit kembali untuk ditutup karena akan memakan ongkos dan waktu. Meskipun untuk minyak masih bisa.

ADVERTISEMENT

"Kalau gas lebih susah lagi, kalau gas, sekali sumurnya dibuka harus jalan, kalau mau ditutup lagi makan waktu untuk buka dan ongkosnya luar biasa besar. Kalau minyak bisa, masih bisa dikendalikan. Tapi, tetap saja misalnya mau cari produsen dan sebagainya juga tidak mudah, karena ini industri tua dan juga industri long term," sambungnya.

Penyebab Anjloknya Harga Minyak Dunia

Lebih lanjut, Jonan menerangkan penyebab anjloknya harga minyak dunia. Menurut Jonan penurunan harga minyak dunia disebabkan oleh banyak hal, mulai dari tingkat produksi, konsumsi, pasokan, permintaan, serta pergerakan politik dunia yang tidak bisa dibaca secara lengkap oleh siapapun dan apapun.

"Misalnya ada keributan di Timur Tengah harga minyak berubah. Kalau ada keributan di Eropa Utara harga berubah. Kalau ada perubahan di mana juga harga berubah," katanya.

Faktor lain yang belakangan mempengaruhi adalah dari adanya wabah virus corona Covid-19. Adanya wabah ini, kata Jonan, mempengaruhi permintaan dunia yang berkontribusi kepada turunnya harga. Terbukti, meskipun sudah ada kesepakatan antara Arab Saudi dan Rusia, yang diikuti oleh negara OPEC dan non-OPEC untuk mengurangi produksi minyak sebesar 20 juta barel per hari, harga minyak tak terdongkrak tinggi.

"Kalau dilihat pergerakan minyak brent naiknya tidak banyak meski di-cut 20%. Padahal biasanya di-cut 5-10% saja harganya melambung tinggi, artinya dengan ada pandemi itu demand dan supply berpengaruh," sambungnya.

Meski demikian, Jonan menilai kondisi ini hanya bersifat sementara dan dampaknya tidak akan berlarut-larut setelah pandemi ini berlalu.

"Ini hanya temporer, temporernya seberapa panjang, ini tidak ada yang tahu," ungkapnya.



Simak Video "Video: Harga Minyak Dunia Diprediksi Meroket Usai AS Serang Iran"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads