Harga minyak dunia sempat diramal bakal menyentuh US$ 0 per barel bila pandemi COVID-19 tak juga pulih. Bila kondisi itu benar-benar terjadi, tentu secara tidak langsung berdampak pada harga BBM maupun perekonomian RI secara keseluruhan.
Lalu, langkah seperti apa yang seharusnya diambil oleh pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi hal tersebut?
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan ikut menyoroti hal tersebut. Menurutnya, sejauh ini tak ada yang bisa dilakukan Indonesia terkait dengan kondisi harga minyak yang terus merosot itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita mesti ngapain di Indonesia? Kalau untuk oil and gas, nothing that we can do dari sisi produk," ujar Jonan dalam konferensi pers virtual bertajuk Surviving The COVID-19 Preparing The Post Resources, Mining and Energy Industry Perspective, Selasa (14/4/2020).
Terutama untuk gas. Ia mencontohkan sumur gas yang sudah dibuka akan sulit kembali untuk ditutup karena akan memakan ongkos dan waktu. Meskipun untuk minyak masih bisa.
"Kalau gas lebih susah lagi, kalau gas, sekali sumurnya dibuka harus jalan, kalau mau ditutup lagi makan waktu untuk buka dan ongkosnya luar biasa besar. Kalau minyak bisa, masih bisa dikendalikan. Tapi, tetap saja misalnya mau cari produsen dan sebagainya juga tidak mudah, karena ini industri tua dan juga industri long term," sambungnya.
Simak Video "Video: Harga Minyak Dunia Diprediksi Meroket Usai AS Serang Iran"
[Gambas:Video 20detik]