Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan memproyeksikan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun 2020 bertambah sekitar Rp 12,2 triliun akibat anjloknya harga minyak mentah dunia.
Melalui keterangan resminya yang dikutip detikcom, Jakarta, Rabu (22/4/2020), Kepala Bagian Informasi dan Komunikasi Publik BKF Kementerian Keuangan, Endang Larasati mengatakan harga minyak mentah dunia menurun sejak awal tahun karena aktivitas ekonomi global terdampak wabah COVID-19.
Harga minyak terus menurun sejak Senin, 13 April 2020, terutama jenis West Texas Intermediate (WTI) yang disebabkan oleh permintaan global yang semakin menurun dan sentimen negatif yang berasal dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang kontraktif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga WTI kontrak Mei sempat berada pada level negatif US$ 37 per barel. Produsen harus segera menyerahkan stok kepada konsumen karena faktor penyimpanan yang terbatas. Namun, hal ini diperkirakan berdampak secara jangka pendek, mengingat harga jual WTI kontrak pada Juni masih berkisar pada US$ 20 per barel.
Harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) saat ini sedikit di atas harga minyak Brent. Perubahan ICP akan berdampak terhadap APBN mengingat baseline asumsi harga ICP dalam Perpres 54 tahun 2020 ialah US$ 38 per barel untuk harga rata-rata sepanjang tahun 2020.
Jika harga terus mengalami penurunan, sehingga ICP menjadi US$ 30,9 per barel (rata-rata setahun) maka defisit diperkirakan bertambah Rp 12,2 triliun.
Simak Video "Sri Mulyani: Defisit APBN Masih Terkendali"
[Gambas:Video 20detik]