3 Alasan Luhut Tawarkan 'Harta Karun' RI ke AS

3 Alasan Luhut Tawarkan 'Harta Karun' RI ke AS

Tim detikcom - detikFinance
Selasa, 28 Jul 2020 17:00 WIB
FILE PHOTO: A bastnaesite mineral containing rare earth is pictured at a laboratory of Yasuhiro Kato, an associate professor of earth science at the University of Tokyo, July 5, 2011. REUTERS/Yuriko Nakao/File Photo
Ilustrasi Foto: Reuters
Jakarta -

Pernah dengan mineral yang bernama rare earth alias tanah jarang? Mineral langka yang sering disebut 'harta karun' tersebut ternyata banyak ditemukan di Indonesia.

Bahkan, Indonesia disebut-sebut jadi salah satu negara yang memiliki potensi 'harta karun' terbanyak di dunia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan akan menawarkan 'harta karun' ke Amerika Serikat (AS) dan negara lain yang siap menjadi investor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setidaknya ada tiga alasan atas hal ini.

1. China Paling Banyak Produksi

Dia mengaku investor yang sudah siap mengembangkan 'harta karun' di Indonesia adalah China. Namun dirinya tidak ingin menyerahkan ke negeri Tirai Bambu ini demi menjaga iklim investasi nasional.

ADVERTISEMENT

"Ini kita juga memang dilematis, karena rare earth kan paling banyak diproduksi di Tiongkok, Amerika sendiri begitu di-banned oleh Tiongkok itu kelabakan juga. Nah investor yang paling cepat sekarang itu Tiongkok, nah kalau kita semua kasih Tiongkok nanti semua mental," kata Luhut dalam acara Investasi di tengah Pandemi secara virtual, Sabtu (25/7/2020).

2. Kasih Kesempatan ke Negara Lain Selain China

Luhut mengatakan saat ini dirinya tengah mencari investor dari luar China demi memberikan kesempatan kepada negara lain yang berpotensi besar mengembangkan tanah jarang.

"Jadi kita ya memelihara ekuilibrium kita cari investor, apakah Amerika mau, kita coba atau yang lain," jelasnya.

Menurut dia, mencari investor pun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Luhut bilang banyak banyak prosedur yang harus disepakati antara kedua belah pihak baik pemerintah maupun investor.

"Jadi kita harus melihat national interest kita, tidak sekedar hanya terima orang datang investasi, tidak begitu ceritanya. Ada perhitungan strategi kita, pertimbangan geopolitik sebelum memutuskan itu dan seberapa banyak yang akan kita berikan, nggak akan kita berikan semua," ungkapnya.

3. Bernilai Tinggi

Tanah jarang juga disebut memiliki harga yang tinggi, bahkan bisa dijual hingga 10 kali lipat lebih tinggi dibanding timah itu sendiri. Komponen satu ini bahkan bisa digunakan untuk partikel nuklir, untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) hingga komponen elektronik.

"Tanah jarang atau rare earth ini mineral ikutan, dari proses pemurnian timah itu kan diayak istilahnya dimurnikan, dan mineral pasir itu mengandung tanah jarang atau monazite namanya," ujar Direktur Utama PT Timah kala itu, Sukrisno saat berbincang dengan detikcom, Minggu (28/6/2015).

Tanah jarang bisa diproses menjadi 12 komponen, termasuk monazite, thorium, dan lainnya. Salah satu yang paling potensial untuk dijual adalah monazite, yang dikembangkan PT Timah dengan membangun sebuah pabrik kecil pengolahan tanah jarang.




(ang/ang)

Hide Ads