Salah satu perusahaan minyak Occidental Petroleum Corp (OXY.N) mencatat kerugian pada kuartal II sebesar US$ 8,35 miliar atau setara dengan Rp 121 triliun (kurs Rp 14.500).
Mengutip Reuters, Selasa (11/8/2020), disebutkan jika kerugian ini terjadi karena harga minyak yang terus mengalami penurunan dan produksi berlebih.
Sebelumnya Occidental memiliki banyak kredit untuk membeli Anadarko Petroleum pada tahun lalu senilai US$ 38 miliar. Kemudian bergabung dengan Chevron dan Total, namun harga minyak tetap rendah selama bertahun-tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan ini juga sudah mengambil langkah untuk memangkas produksi minyak dan gas hingga 13% pada kuartal III dan 5% pada kuartal IV. Saham Occidental ini telah turun hingga 6% pada akhir perdagangan pekan ini. Padahal sebelumnya sempat naik US$ 1,03 menjadi US$ 16,48.
Akibat kondisi pandemi ini rata-rata harga minyak yang dihasilkan Occidental ini anjlok sekitar 61% menjadi US$ 23,17 per barel pada kuartal II. Ini terus menekan kinerja keuangan dan memaksa perusahaan memangkas dividen, menekan biaya pengeluaran dan melakukan penjualan aset untuk menopang kinerja keuangannya.
Dari penjualan aset, Occidental diharapkan bisa mengantongi US$ 2 miliar atau lebih. Aset yang dijual adalah sebidang tanah dan mineral di Wyoming dan Colorado.
Perusahaan menargetkan bisa mencapai penjualan dengan angka yang stabil pada kuartal IV tahun ini.
(kil/ara)