Kementerian ESDM Godok Konsep REBID untuk Pembangkit Listrik Masa Depan

Kementerian ESDM Godok Konsep REBID untuk Pembangkit Listrik Masa Depan

Reyhan Diandri - detikFinance
Sabtu, 26 Sep 2020 19:03 WIB
Waduk
Foto: Kementerian ESDM
Jakarta -

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggodok rencana pengembangan program Renewable Energy Based Industry (REBID) bagi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala besar. Pemerintah terus mempercepat pemanfaatan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT), salah satunya lewat pembangkit berbasis tenaga air melihat tingginya kebutuhan energi listrik di masa depan.

"(Konsep) ini akan mengintegrasikan mulai dari sisi suplai sampai sisi pada penggunanaan energi. Ini akan mengakselerasi pemanfaatan hidro skala besar untuk diserap di pasar industri besar, seperti di PLTA Kayan," jelas Direktur Aneka EBT Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Harris, dalam keterangan tertulis, Sabtu (26/9/2020).

Hal itu ia sampaikan dalam diskusi virtual yang berlangsung Kamis (24/9). Harris mengungkapkan PLT Air maupun PLT Minihidro (PLTM) akan terus dikembangkan sesuai dengan regulasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita harapkan bisa dikembangkan melalui regulasi yang ada saat ini. Kita akan mengakomodir semua (masukan pengembang). Khususnya (kapasitas) yang di bawah atau sampai dengan 5 Mega Watt (MW), implementasinya dilakukan melalui penunjukkan langsung dan Feed in Tariff," jelasnya.

Harris mengatakan apabila kapasitas pembangkit di atas 5 MW, penetapan harga jual beli akan dilakukan dengan skema Business to Business (B to B). "Konsep tersebut sudah ada dalam draft Peraturan Presiden," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Harris, saat ini Kementerian ESDM juga tengah melakukan kerja sama pemanfaatan waduk eksisting maupun baru bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan potensi kapasitas sebesar 302 MW. Dengan sebarannya di eksisting Kalimantan Timur (Waduk Arsari/Sepaku 20 MW, Waduk Lembakan 20 MW, dan Waduk Wamboja 18 MW), eksisting Papua (PLTM Kalibumi 6,3 MW), Kalimantan Selatan (PLTA Kusan 65 MW), Sulawesi Tenggara (PLTA Konawe/Bendungan Pelosika 10 MW), dan Jambi (PLTA Merangin (90-228 MW).

Khusus di Kalimantan Utara, pemerintah tengah melakukan cascading (penyelarasan) 5 PLTA dengan total kapasitas 6.000 - 9.000 MW dan PLTA Mentarang berkapasitas 1.375 MW. Keduanya diperuntukkan untuk mendukung kegiatan industri di Kalimantan Timur.

Harris mengatakan besarnya potensi air di Papua tengah dilirik oleh Fortescue Metals Group (FMG) Australia yang berencana melakukan investasi PLTA 20 Giga Watt di Papua beserta kawasan industri di Memberamo, Urumuka, Idenberg, Balein dan Derewo. "Kita berharap mereka bisa membawa industrinya sehingga membawa benefit untuk Indonesia lebih tinggi lagi," ujarnya.

Di samping itu, Harris mengungkapkan Kementerian ESDM terus mengoptimalkan proyek-proyek yang telah terdaftar di Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) Perusahaan Listrik Negara namun terhenti dan untuk dikembangkan dengan skema IPP murni/mandatory anak perusahaan PLN dengan potensi 1.000 hingga 5.425 MW.




(mul/mpr)

Hide Ads