Jakarta -
Demi kelancaran pembangunan kilang, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok membentuk tim khusus di Pertamina.
Tim itu bertugas untuk menangani calon investor yang berminat kerja sama di proyek kilang Pertamina. Mereka pun akan bernegosiasi ulang dengan para calon investor yang sempat berminat menggarap proyek kilang.
"Untuk negosiasi ulang semua investor yang pernah dan mau kerjasama dengan Pertamina," kata Ahok kepada detikcom, Sabtu (3/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkini, Pertamina memang baru saja gagal meneruskan kerja sama membangun kilang. Hal itu terjadi di Kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap dengan investor Saudi Aramco.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan telah terjadi selisih paham dalam tawar menawar nilai proyek yang membuat negosiasi gagal.
Nicke menyebutkan Saudi Aramco menawar terlalu murah daripada yang ditawarkan Pertamina. Bahkan, dia menyebutkan selisihnya sampai Rp 1 miliar.
"Ya memang kita juga mengatakan kalau dealnya itu tidak terjadi karena Aramco menawar kilang eksisting kita terlalu murah, bedanya itu US$ 1 billion lebih gitu. Nah kalau aset negara kemudian dihargai lebih murah US$ 1 billion ya kan masalah," jelas Nicke dalam dalam diskusi virtual yang disiarkan langsung di Facebook, Senin (15/6/2020).
"Masalahnya ini kerugian negara, ya lebih baik tidak deal kalau begitu kan," lanjutnya.
Buka halaman selanjutnya.
Pembangunan kilang RDMP Cilacap sendiri dapat meningkatkan kapasitas kilang Pertamina. Saat ini kapasitasnya 1 juta barel per hari, dan akan meningkat menjadi 2 juta barel per hari, sehingga kebutuhan BBM dapat terpenuhi tanpa perlu impor.
Melalui proyek pengembangan kilang Cilacap, kapasitas kilang yang semula sebesar 348 ribu barel akan meningkat menjadi 370 ribu barel per hari.
Selain itu, produksi bensin (gasoline) juga akan ditingkatkan dari 59 ribu bph menjadi 138 ribu bph. Sementara, produksi diesel dari 82 ribu bph menjadi 137 ribu bph.
Mengutip laman resmi Pertamina, pada bisnis pengolahan, Pertamina memiliki dan mengoperasikan 6 buah unit kilang dengan kapasitas total 1.046,70 ribu barrel.
Beberapa kilang minyak seperti kilang RU-III Plaju dan Kilang RU-IV Cilacap terintegrasi dengan kilang Petrokimia, dan memproduksi produk-produk Petrokimia yaitu Purified Terapthalic Acid (PTA) dan Paraxylene.
Beberapa Kilang tersebut juga menghasilkan produk LPG, seperti di Pangkalan Brandan, Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Mundu. Kilang LPG Pangkalan Brandan dan Mundu merupakan kilang LPG yang operasinya terpisah dari kilang minyak, dengan bahan bakunya berupa gas alam.
Kilang Minyak RU IV Cilacap menghasilkan Lube Base Oil dengan Group I dan II dari jenis HVI- 60, HVI - 95, HVI -160 S, HVI - 160 B dan HVI - 650. Produksi Lube Base Oil ini disalurkan ke Lube Oil Blending Plant (LOBP) di Unit Produksi Pelumas PERTAMINA yang berada di Jakarta, Surabaya dan Cilacap untuk diproduksi menjadi produk pelumas, dan kelebihan produksi Lube Base Oil (exces product) dijual di pasar dalam negeri dan luar negeri.