Anjloknya Harga Minyak dan Prediksi Suram Ekonomi Timur Tengah

Anjloknya Harga Minyak dan Prediksi Suram Ekonomi Timur Tengah

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 19 Okt 2020 22:31 WIB
Sempat Anjlok, Kini Harga Minyak Mentah Dunia Menguat Berkat AS-Rusia
Ilustrasi/Foto: DW (News)
Jakarta -

International Monetary Fund (IMF) menurunkan proyeksi ekonominya untuk ekonomi di wilayah Timur Tengah dan Asia Tengah. Hal itu lantaran anjloknya hanya minyak dunia.

Melansir CNBC.com, Senin (19/10/2020) ekonomi di wilayah itu diprediksi akan terkontraksi 4,1% tahun ini. Angka itu 1,3 poin lebih buruk dari proyeksi yang dikeluarkan IMF pada April lalu.

Direktur Departemen IMF untuk Timur Tengah dan Asia Tengah, Jihad Azour mencatat disparitas besar dalam kerugian ekonomi antara negara pengimpor dan pengekspor minyak dikarenakan kawasan itu dilanda pandemi virus Corona dan anjloknya harga minyak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika digabungkan, kedua guncangan itu menyebabkan penurunan tajam dalam aktivitas ekonomi yang berbeda antara negara pengekspor minyak dan pengimpor minyak. Rata-rata, kami akan melihat pertumbuhan menjadi negatif sebesar 6,6% untuk negara pengekspor minyak, dan pertumbuhan negatif sebesar 1% untuk semua negara pengimpor," ucapnya.

Harga minyak akan menjadi faktor terpenting untuk pemulihan ekonomi negara eksportir minyak, terutama negara-negara seperti Arab Saudi, Irak, Iran, UEA, Bahrain dan Kuwait, di mana komoditas tersebut menjadi mayoritas pendapatan negara.

ADVERTISEMENT

Bagaimana prediksi harga minyak dunia? Langsung klik halaman selanjutnya.

Meski harga telah pulih dari kejatuhan terparah pada Maret tahun ini, harga Brent sebagai patokan internasional minyak mentah masih diperdagangkan hampir 40% di bawah level sebelum pandemi. Brent saat ini berata di level $ 42,87 per barel pada Senin pagi di London.

IMF tidak yakin harga minyak akan pulih dalam wkatu dekat. IMF memprediksi memperkirakan harga minyak mentah dunia akan berada dalam kisaran US$ 40 hingga US$ 50 pada tahun 2021. Perkiraan itu masih jauh dari level harga yang dibutuhkan OPEC untuk menyeimbangkan anggarannya di level US$ 80 per barel.

Prospek permintaan minyak tetap suram di tengah munculnya gelombang kedua wabah COVID-19 di negara-negara besar seperti AS. Badan Energi Internasional pada September memangkas prospek permintaan minyak dunia menjadi 91,7 juta barel per hari tahun ini, turun 8,4 juta barel dari tahun sebelumnya.

Azour menekankan diversifikasi pemasukan dan melanjutkan langkah-langkah pencegahan wabah virus Corona menjadi kunci bagi negara-negara Timur Tengah dan Asia tengah untuk memulihkan ekonominya.

"Saya pikir yang penting bagi kawasan ini jelas bahwa diversifikasi ekonomi adalah cara terbaik untuk keluar dari krisis ini," kata Azour.


Hide Ads