Dari semua pembicaraan tentang keberlangsungan lingkungan, bank-bank dunia masih memompa pendanaan miliaran dolar kepada perusahaan bahan bakar fosil. Namun para regulator berencana untuk memperketat aturan mengenai pemberian pinjaman perbankan yang mencerminkan risiko terkait perubahan cuaca.
Melansir CNN, Senin (23/11/20202) Bank Sentral Eropa mengatakan pekan lalu bahwa mereka akan mulai melakukan penilaian mendalam tentang bagaimana neraca bank memperhitungkan risiko iklim di tahun 2022. Bank diharapkan bisa mempertimbangkan faktor perubahan cuaca akibat emisi karbon dalam menyalurkan kreditnya.
"Memastikan bahwa neraca bank juga mencerminkan risiko terkait iklim dan lingkungan merupakan prasyarat tidak hanya untuk ketahanan sektor perbankan, tetapi juga untuk penetapan harga yang akurat dari risiko ini," kata badan pengawas ECB dalam sebuah pernyataan pada Rabu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini adalah tanda utama bahwa regulator keuangan tidak akan menyerahkan pengawasan iklim hanya kepada pemerintah. Perusahaan minyak seperti BP (BP) dan Shell (RDSB) telah menjadi contoh tentang apa yang dapat terjadi pada nilai aset sebagai akibat dari pergeseran terkait iklim dalam perekonomian.
Kedua perusahaan itu telah mengeluarkan miliaran dolar dari kantong mereka tahun ini karena pandemi telah membuat harga minyak anjlok dan sebagai hasilnya keduanya secara dramatis mempercepat perpindahan bisnis mereka ke energi yang lebih bersih.
Dengan pemikiran tersebut, hanya masalah waktu sebelum bank investasi terkemuka Amerika, yang merupakan penyandang dana bahan bakar fosil yang jauh lebih besar daripada mitra Eropa mereka, dipaksa untuk menangani perubahan iklim mereka.
Federal Reserve AS telah memberi catatan kepada para bank pemberi pinjaman. Pertama, secara langsung membahas implikasi perubahan iklim bagi bank dalam laporan stabilitas keuangan bulan ini.
"Pengawas Federal Reserve mengharapkan bank untuk memiliki sistem yang secara tepat mengidentifikasi, mengukur, mengontrol, dan memantau semua risiko material mereka, yang bagi banyak bank cenderung meluas ke risiko iklim," tulis Fed.
JPMorgan Chase (JPM), Wells Fargo (WFC), Citi (C) dan Bank of America (BAC) menduduki posisi puncak dalam daftar bank global yang mendanai perusahaan bahan bakar fosil. Sejak 2016, empat bank telah menggelontorkan lebih dari US$ 800 miliar ke perusahaan-perusahaan di sektor batu bara, minyak dan gas. Data itu berasal dari laporan Rainforest Action Network, sebuah kelompok lingkungan.
Beberapa bank besar baru-baru ini berjanji akan menyelaraskan pembiayaan dalam Paris Agreement. Tetapi detailnya belum jelas dan jika melihat dari besarnya eksporus pendaaan mereka di perusahaan bahan bakar fosil sepertinya itu lebih mudah diucapkan dari pada dilakukan.