PT Freeport Indonesia (PTFI) diproyeksi akan mencetak pendapatan bersih atau net income sebesar Rp 12,35 triliun (kurs Rp 14.201) di tahun 2021. Proyeksi itu berbeda jauh dengan kondisi keuangan PTFI dalam 2 tahun terakhir.
"Di tahun 2021 ada net income US$ 870 juta, dan US$ 1,5 miliar (Rp 21,3 triliun) di 2022," ungkap Direktur Utama Holding BUMN Pertambangan MIND ID Orias Petrus Moedak dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (07/12/2020).
Dengan proyeksi laba bersih itu, maka PTFI juga akan membayar dividen pada MIND ID sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun pada 2021, dan US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,1 triliun pada 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika dibandingkan dengan kondisi keuangan 2019-2020, PTFI hanya mencetak laba bersih sebesar US$ 166 juta atau sekitar Rp 2,3 triliun, dan US$ 366 juta atau sekitar Rp 5,16 triliun.
Penyebabnya ialah kondisi harga komoditas yang kurang baik, dan juga transisi pada penambangan (open pit) ke tambang bawah tanah (underground mining).
"2019 memang lebih buruk, tapi 2020 membaik karena memang harga tembaga di atas US$ 3, sementara asumsi ketika proyeksi ini dibuat kurang lebih US$ 2,75. Jadi kami berharap operasi PTFI bisa membaik karena open pit sudah selesai dan sudah masuk underground. Dan angka-angka ini kami harap bisa lebih baik dari harga emas atau tembaga daripada prediksi kami sebelumnya," ujarnya.
Tak sampai di situ, ia memproyeksi laba bersih PTFI akan meningkat menjadi sebesar US$ 2 miliar per tahun setelah tahun 2022.
"Tahun 2023 dan seterusnya kami asumsikan porsi dividen yang akan didapatkan US$ 1 miliar tiap tahun," pungkasnya.
(dna/dna)