Harga minyak dunia diprediksi bakal jatuh lagi tahun depan. Pasalnya, permintaan minyak mentah masih tertekan karena pandemi COVID-19.
Ketika harga global akhir tahun sekitar US$ 51 per barel yang mendekati rata-rata untuk 2015-2017, itu menutupi volatilitas. Pada April, minyak mentah Amerika Serikat (AS) anjlok ke wilayah negatif dan Brent turun di bawah US$ 20 per barel, dibanding oleh pandemi COVID-19 dan perang harga antara raksasa minyak Arab Saudi dan Rusia.
Sisa tahun 2020 dihabiskan untuk pulih dari penurunan itu. Lockdown dan peluncuran vaksin secara bertahap disebut akan menahan permintaan tahun depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami benar-benar belum pernah melihat yang seperti ini, tidak dalam krisis keuangan," kata Pemimpin Sektor Global untuk Industri, Material dan Energi, Peter McNally dikutip dari Reuters, Selasa (29/12/2020).
Permintaan bahan bakar fosil di tahun-tahun mendatang diprediksi melemah bahkan setelah pandemi karena negara-negara berusaha membatasi emisi untuk memperlambat perubahan iklim. Perusahaan minyak besar, seperti BP Plc dan Total SE, menerbitkan prakiraan yang mencakup skenario di mana permintaan minyak global mungkin mencapai puncaknya pada 2019.
Produksi minyak dan bahan bakar cair dunia turun pada 2020 menjadi 94,25 juta barel per hari (bpd) dari 100,61 juta bpd pada 2019. Administrasi Informasi Energi memperkirakan output akan pulih hanya menjadi 97,42 juta bpd tahun depan.
"Setiap siklus terasa seperti yang terburuk ketika melewatinya, siklus ini sangat melelahkan," kata Kepala Eksekutif Dallas sebagai produsen minyak yang berbasis di Texas, John Roby.
(hns/hns)